INDIA UTARA MASA PRA-ISLAM

1.      Bentang alam India
Kata India bukanlah diambil dari bahasa masyarakat aslinya, melainkan berasal dari para penulis bangsa Yunani, yang diambil dari perkataan “Indoi” yang artinya adalah “sungai”[1]. Hal ini menunjukkan bahwa peradaban India, khususnya dibagian utara tidak dapat dilepaskan dari sungai-sungainya yang menciptakan lembah-lembah yang subur disekitarnya yang pada akhirnya dapat menarik perhatian dari beberapa suku untuk tinggal sampai pada akhirnya mereka menciptakan peradaban disana.
India memiliki struktur geografis yang beraneka ragam. Dengan berakhirnya masa glasial, maka suhu di bumi pun meningkat, es yang semulanya menutupi daratan mulai mencair sehingga pada akhirnya menciptakan jazirah India dengan geomorfologis yang hampir sama dengan apa yang terlihat pada India pada masa sekarang. Ditambah lagi pada masa pluvial,[2] yang disertai dengan suhu yang hangat. Kondisi inilah yang menjadikan India sebagai daerah yang sangat baik untuk pertumbuhan beberapa jenis flora dan fauna.[3]
India terdiri atas tiga bentang alam yaitu pegunungan Himalaya, lembah-lembah di dearah sungai, serta dataran tinggi Dekhan beserta pegunungan-pegunungan yang membatasinya.[4] Namun secara umum berdasarkan peradaban dan bentang alamnya, India dibagi menjadi dua bagian. Yaitu India Utara dan India Selatan. Daerah India Selatan letaknya sudah hampir mendekati daerah khatulistiwa. Sehingga hawanya lebih panas, lembab, serta pengap. Sedangkan daerah India Utara adalah daerah dengan hutan di dataran tingginya serta sungai dan lembahnya di dataran rendahnya. Dimana di bagian utara ini terdapat dua sungai besar yaitu sungai Indus dan Gangga. Oleh karena itu daerah India Selatan merupakan daerah yang sangat menguntungkan bagi peradaban manusia di India, hal ini dikarenakan bentang alamnya yang mendukung kemajuan suatu peradaban manusia.[5]

2.      Kondisi Geografis, Bentang Alam, serta Flora-Fauna di India Utara
Pada intinya kondisi geografis, bentang alam, serta keanekaragaman flora dan faunanya inilah yang pada akhirnya menarik perhatian dari bangsa-bangsa dari luar India untuk mendirikan peradaban, yang nantinya terkenal dengan sebutan peradaban Mohenjoddaro dan Harappa (2500-1500 SM) yang berada di lembah sungai Indus.
2.1  Bentang Alam (Pegunungan, Lembah dan Sungai)
Daerah dataran tinggi di India, khususnya di India Utara dapat dikatakan sangat mengagumkan, yang terdiri atas deretan pegunungan yang membentang luas yang di sebut “Himalaya” yang membentang mulai dari Afghanistan sampai Acsam disebelah timur, yang kurang lebih memiliki panjang 2500 km[6]. Pegunungan Himalaya tersebut memiliki ketinggian ± 6000 meter diatas permukaan laut serta memiliki dua deretan yang sejajar yang pada kedua ujungnya membelok ke arah barat daya dan ke arah tenggara. Diantara deretan pegunungan tersebut terdapat apa yang disebut dengan pas[7]. Sebenarnya di India Utara hanya terdapat empat pas di daerah lereng gunungnya. Yaitu antara Bolan, Tochi, Gumal, dan Khaiber[8]. Namun yang paling terkenal ialah pas Khaiber. Dimana sebagian sejarawan menyebutkan bahwa di pas Khaiber inilah bangsa Arya mulai masuk ke daerah India Utara.
Kaki-kaki dari pegunungan Himalaya tersebut berbatasan dengan lembah-lembah yang terdapat diantara sungai Gangga dan sungai Indus. Dimana di lembah-lembah inilah peradaban India tumbuh dan berkembang. Lembah-lembah diantara dua sungai tersebut dibagian selatanya dibatasi oleh pegunungan Windhya, bukit Satpura, serta dataran tinggi Dekhan. Dimana Dekhan artinya adalah daerah selatan.[9] Sedangkan di bagian timur dan barat lembah-lembah sungai tersebut adalah Gat.[10]
   Bagi penduduk masa kuno di India, sungai Indus dikenal dengan sebutan ‘raja sungai’ yang dalam bahasa sangsekerta disebut dengan sindhu yang artinya samudra atau perairan besar. Mata airnya berasal dari lereng-lereng pegunungan di Tibet (Himalaya), yang mengalir ke tanah Kashmir dan berakhir pada muara di laut arab. Bagi masyarakat India lembah sungai Indus lebih dikenal dengan sebutan lembah Punjab yang artinya daerah aliran lima sungai (Panc berarti lima, ab berarti air).[11] Bagian dari hulu sungai ini mengalir di bagian Himalaya dengan panjang aliran mencapai 3000 km. Dari daerah barat daya Tibet, sungai Indus mengalir ke dataran Punjab, tepatnya di kota Kalabagh. Dan memiliki lima anak sungai di daerah Mithankot,[12] yang kemudian melewati kota Sukkur dan Heidareabad untuk selanjutnya berakhir pada muara.[13] Pada musim penghujan sungai Indus sering meluapkan airnya yang oleh masyarakat India digunakan untuk irigasi. Sehingga didaerah Punjab menjadi bertanah subur dan banyak ditanami padi, gandum, jagung, dan buah-buahan.
Sehingga tidak salah jika peradaban Mohenjodarro dan Harappa berdiri di lembah sungai Indus. Bahkan hingga masa Hindhu-Budha berkembang di India, lembah sungai Indus tetap menjadi pusat beberapa kerajaan besar.[14] Selain dari pada itu, di lembah sungai Indhus juga merupakan lahirnya suku-bangsa Sikh. Orang Sikh sangat terkenal dengan keberanian dan keahliannya akan berperang.[15] Dalam masyarakat India kedudukan orang Sikh termasuk ras yang utama, yang merupakan keturunan bangsa arya dengan ciri “pandai berperang dan berbadan tinggi”.
Sedangkan sungai besar lainnya adalah sungai Gangga yang bagi orang Hindhu dianggap sebagi sungai suci. Airnya dipercaya dapat mensucikan jiwa dari dosa dan segala jenis penyakit raga. Mata airnya berasal dari lereng Himalaya dengan ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, yang mengalir kedaerah dekat Hardwar dan berakhir di muara Teluk Benggala. Namun sebelum berakhir di muara, aliran sungai Gangga ini melewati beberapa kota sehingga menjadikan kota-kota tersebut bertanah subur dan layak untuk bercocok tanam. Kota-kota tersebut antara lain: Kosala, Magadha, Pataliputra, dan Mathura.[16]
Selain itu selama berabad-abad pula sungai ini digunakan untuk sarana transportasi, komunikasi, dan perdagangan. Pada masa lampau di daerah aliran sungai Gangga berdiri kerajaan kesultanan Delhi dan kerajaan Moghul yang sangat terkenal itu.[17]
Perlu diketahui bahwasannya diantara lembah sungai Indus dan lembah sungai Gangga terdapat padang pasir yang terbentang luas yang dikenal dengan sebutan ‘Rajnaputra’ atau gurun Thar. Dimana dikedua tepinya terdapat lorong yang terkenal dalam epos/wiracarita India yaitu Kurusetra.[18] Dimana didaerah itulah beberapa kebudayaan kuno India tumbuh dan berkembang. Kebudayaan kuno tersebut antara lain: Astinaputra, Indraprasta, Kapilavastu, dan Ayodyapura.
Ada juga tempat tempat suci yang terdapat di daerah lembah sungai Gangga yang bahkan pada saat ini masih dikhultuskan. Tempat itu adalah Benares dan Kasi, yang sangat terkenal dalam literature masyarakat barat.[19] Selain pegunungan Himalaya, sungai Indus dan Gangga beserta lembahnya. Masih ada dataran tinggi Dekhan yang terletak di sebelah selatan India. Namun daerah tersebut kurang subur sehingga peradaban yang dihasilkan kurang berpengaruh dari pada peradaban yang ada di India Utara.

2.2  Flora dan Fauna
Dengan adanya pegunungan, sungai, dan lembah-lembah yang subur tersebut maka berdampak pula pada iklim yang pada akhirnya berpengaruh juga pada jenis-jenis tumbuhan yang hidup disana. Hampir segala jenis pohon dapat ditemukan didaerah lembah-lembah sungai di India Utara. Misalnya saja pohon apel, peer, pisang, nanas, papaya, taek[20] dan pohon ara yang memiliki garis tengah  hingga mampu mencapai 9 meter.
Namun yang paling terkenal dari beberapa jenis tanaman yang hidup di India adalah tebu, yang dalam bahasa Sangseketa disebut dengan sjakara.[21] Dimana maysarakat di India pada saat itu sudah mampu mengolah tebu menjadi keratan Kristal gula yang dalam bahasa Sangsekerta di sebut dengan Khanda.[22]
Sedangkan jenis faunanya antara lain gajah. Meskipun banyak terdapat di India Selatan, namun gajah juga masih banyak ditemukan di daerah India Utara. Gajah-gajah tersebut pada masa peradaban mulai ditangkap untuk digunakan dalam ketentaraan, lalulintas, dan sebagai alat angkutan. Sapi juga banyak ditemukan di daerah India termasuk di daerah India Utara. Hal ini karena sapi merupakan hewan suci bagi pemeluk agama Hindhu.[23] Mereka mengharamkan daging sapi untuk dimankan. Dahulu di daerah lembah sungai Gangga dan Dekhan juga banyak terdapat anjing. Dimana anjing dari India ini terkenal dengan bentuknya yang besar dan tubuhnya yang kuat. Namun dewasa ini anjing India sudah hilang sama sekali.
Namun hewan yang paling terkenal adalah harimau dan ular (cobra). Dimana kedua hewan inilah yang banyak membunuh manusia di India. Oleh sebab itu tak heran rasanya jika ular dan harimau dianggap sebagai hewan suci bagi sebagian masyarakat India.
Satu hal yang perlu diingat pada peradaban India pada umumnya dan India Utara pada khususnya adalah kandungan barang tambang berharga. Antara lain Batu berlian. Batu mulia ini sudah dari beratus tahun yang lampau sudah ada di India. Yang pada akhirnya banyak dikirim ke luar India untuk diperdagangkan, yang paling terkenal adalah Berlian Kohinoor.[24] Selain dari pada berlian, masih ada bahan tambang lainnya yang pada masa sekarang masih digunakan dan masih di eksploitasi yaitu antara lain: batu bara, minyak bumi, dan besi.[25]

3.      Bangsa dan Penduduk
Keadaan Geografi dan bentang alam India Utara yang menarik dan subur pada akhirnya dapat menarik beberapa suku dan bangsa dari luar India untuk datang, menetap dan membentuk peradaban di India Utara. Dimana bangsa luar pertama yang masuk ke India Utara adalah bangsa Dravida. Mereka masuk melalui pas Khaiber dalam tahun 3000 SM.[26] Dalam beberapa buku kuno di India, bangsa Dravida disebut sebagai bangsa Anasah.[27] Hidung mereka pipih, badannya kecil, kulitnya kehitam-hitaman, dan rambutnya ikal. Hingga sekarang keturunan mereka masih Nampak pada bangsa Tamil yang kini berada di India Selatan dan juga Bangladesh. Pada mulanya bangsa Dravida menyebar diseluruh pelosok India khususnya di daerah lembah sungai subur. Mereka hidup dengan bercocok tanam, menyusuri pantai, dan mendirikan beberapa perkotaan kuno. Namun senejak kedatangan bangsa Arya dari utara, bangsa Dravida sebagian besar mulai tersisihkan dan kebanyakan dari mereka tinggal di daeah India Tengah dan India Selatan.[28] Yang notabene wilayah tersebut tidak sesubur wilayah India utara yang sebelumnya mereka duduki.
Namun siapakah bangsa asli di India?. Sebelum bangsa Dravida masuk ke India utara, di India sudah terdapat bangsa pribumi yang dikenal dengan sebutan ‘suku Munda’. Hal ini dapat terlihat dibeberapa daerah di India, dimana beberapa sukunya masih menggunakan bahasa Munda.[29] Orang Munda merupakan bangsa yang serumpun dengan negrito di Afrika atau Melanesia yang biasa disebut Indonegrito.[30]
Kemudian setelah bangsa Dravida masuk ke India, disusul dengan kedatangan bangsa Arya. Mereka adalah dari ras Kaukasoid yang berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung mancung. Bangsa Arya serumpun dengan bangsa yang ada di Eropa, sehingga bahasa yang digunakannya juga serumpun.[31] Bangsa Arya ini masuk ke India kurang lebih 2000-1000 SM dimana asal dari daerah mereka adalah Mesopotamia yang sekarang adalah Irak, namun ada pula yang mengatakan bahwa mereka berasal dari daerah di sekitar Laut Kaspia.[32] Msuk ke India  jurang Hindhu Kush, dan menetap di daerah lembah sungai Indus.
Bangsa Arya adalah bangsa yang ahli berperang, mereka melakukan penaklukan hingga sampai ke daerah sungai Gangga dan India Selatan. Namun lambat laun mereka bercampur dengan orang Dravida, sehingga terciptalah persatuan budaya yang terdiri atas budaya asli Dravida dengan budaya Arya, yang pada akhirnya membentuk budaya baru yang disebut budaya ‘India’.[33] Berasal dari kata ‘Sindhu’ atau ‘Hindhu’ yang merupakan nama bangsa yang tinggal di sekitar sungai Indus. Pada awal abad ke-19, bangsa Eropa menamai agama bangsa Sindhu sebagai Hindu yang sekarang agama Hindu sudah terkenal diseluruh pejuru dunia.[34] Bahkan di Nusantara pada abad ke-1 hingga ke-4, keraton-keraton di Nusantara mendatangkan orang Hindu (Brahmana) dari India untuk memberi pengajaran Agama.[35]

4.      Bahasa dan Agama
Dengan kodisi geografi, bentang alam, serta kemajemukan suku-bangsa di India, maka secara otomatis menciptakan keanekaragaman bahasa dan agama yang memiliki katartristik yang unik.
4.1  Bahasa
Secara ilmiah Sembilan bahasa yang terdapat di India utara berasal dari bahasa Sansekerta yang pada dasarnya dibawa oleh bangsa Arya, yang kemudian berkembang menjadi berbagai dialek yang beraneka ragam namun satu rumpun bahasa. Bahasa tersebut antara lain: Hindi, Sindhi, Urdu, punyabi, Bengali, Bharati, Criya dan Asam. Sedangkan bahasa bangsa Dravida berkembang menjadi beberapa bahasa antara lain: Tamil, Telugu, Kanari dan Malayam.[36] Yang kini penggunaanya lebih banyak ditemukan didaerah selatan. Hal ini wajar, karena semenjak kedatangan bangsa Arya, kebayakan orang Dravida pergi ke daerah selatan India.
Selain bahasa dari suku Arya dan Dravida, juga terdapat bahasa Munda, yaitu bahasa asli dari penduduk India utara (orang Mundu) yang didapati sebelum kedatangan orang Dravida.[37]

4.2  Agama
Menurut Bouqeut, periode agama-agama di India adalah sebagai berikut:
a.       Periode Agama Primitif atau pre-history yang masih belum terungkap secara jelas. Namun tahap ini memiliki banak perbedaan dengan wilayah lain di dunia karena factor bentang alam India yang berbeda.
b.      Periode agama bangsa Dravida yang dibuktikan dengan budaya kota kuno sekitar 2000 SM.[38] Orang Dravida belum mengenal konsep patung-dewa yaitu dewa yang diwujudkan dalam bentuk patung manusia dan makhluk lainnya.
c.       Periode Veda (1500-800 SM), sebagai akibat kedatangan bangsa Arya. Kitab Veda sebelum ditulis, hanya dihafalkan isinya oleh para agamawan bangsa Arya secara turun-temurun. Mereka beranggapan Veda diterima langsung dari para dewa. Namun semenjak mengenal tulisan, kitab Veda ditulis dengan bahasa Sangsekerta.[39] Isi kitab tersebut antara lain berisi kumpulan nyanyian-pujian bagi para dewa, mentera-mantera sajian, lagu-lagu, dan mantera sihir sebagai penolak kekuatan ghaib yang jahat.[40] Pada masa ini belum mengenal dewa trimurti, namun yang dikenal hanya dewa Indra (dewa pemimpin perang yang mengalahkan naga). Serta dewa-dewa alam lainnya seperti dewa matahari, bulan, hujan, angin, dan api. Selain mengenal konsep dewa, masa ini juga mengenal konsep roh jahat dan roh baik. Misalnya: Apsara, Gandharwa dan Bhuta.[41]
d.      Periode epos Brahmani (800-500 SM). Masa ini adalah masa proses pelembagaan Hinduisme. Disebut masa Brahmani karena pemuka agama Hindu masa tersebut disebut dengan Brahmana atau pendeta. Dimana mereka adalah orang pandai dan ahli, serta mengerti betul akan agama, adat, aturan kerajaan, bahasa, ilmu falak, ilmu kesehatan atau tabib.[42]
e.       Periode filosofis (500-100 SM). Masa lahir dan berkembangnya aliran Budha dan Jaina. Masa ini juga berkembang kerajaan Budha yaitu Ashoka yang memegang hegemoni politik.[43]
f.       Periode selanjutnya adalah periode inkranasi, invasi Islam, kaum Bhakti, dan masuknya bangsa Eropa.

5.      Peradaban India Utara Pra-Islam
Secara singkat sejarah peradaban di India Utara terbagi sebagai berikut:
a.       Masa Peradaban kuno Mohenjodarro - Harappa. Masa ini bangsa Dravida mendirikan kota-kota kuno yang tertata rapi dengan bangunan dari tanah liat serta sanitasi yang baik yang didirikan di lembah sungai Indus. Selain itu banyak materi yang ditemukan yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Seperti: Gambar Badak, Gajah, dan huruf prehistory (3000 SM).[44]
b.      Peradaban India. Masa ini lahir karena bercampurnya budaya Arya dan budaya Dravida. Dengan kebudayaannya yang disebut ‘India’. Negara kerajaan India pertama adalah Magadha (abad ke-5 SM) yang terletak di daerah Bihar.
c.       Penyerangan oleh Iskandar Zulkarnaen dari Macedonia. (327 SM). Yang membawa pengaruh perubahan kebudayaan Hellena di beberapa kerajaan di India Barat-laut.[45]
d.      Peradaban Budha. Ditandai dengan lahir dan berkembangnya agama Budha. Kekaisarannya adalah Ashoka (273-232 SM) yang kemudian dilanjutkan dengan dinasti Maurya-Candragupta, Samudragupta, Harsya.
e.       Peradaban lainnya. Misalnya dari Dinasti Cungga yang memerintah di Magadha, dengan rajanya Pusyamitra yang sangat menentang Budha. Dia adalah orang brahmana murni yang berhasil mendeak orang Budha untuk mninggalkan Ashoka.[46]

6.      Bentang Alam India Utara Dilihat Dari Aspek-Aspek dalam Ilmu Geografi
a.      Geografi – Ekonomi
Seperti yang dikemukakan pada sub-bahasan kedua tentang kondisi geografis, bentang alam dan flora-fauna di India Utara, dapat terlihat secara jelas bahwa model geografis India utara sangat mendukung kehidupan ekonomi.
Pegunungan Himalaya yang mengelilingi India Utara serta sungai-sungai besar dengan lembah suburnya yang didukung intensitas hujan yang tinggi dan suhu hangat, menjadikan India utara ditempati beraneka flora-fauna.[47] Hutan belantara di daerah perbukitan menghasilkan berbagai jenis tanaman kayu, pangan dan buah-buahan disekitar lembah-lembah sungainya. Sehingga dengan kondisi bentang alam seperti itu banyak terdapat hewan-hewan seperti: Gajah, kuda, sapi, rusa, harimau, anjing, dan ular dsb.[48]
Bahkan di India Utara pada masa lalu juga sudah terkenal dengan bahan tambangnya yaitu berlian. Selain itu juga ada batu bara, minyak bumi, dan besi. Bahkan zaman sekarang India adalah Negara yang merupakan Negara yang kaya akan bahan tambang dimana yang utama adalah bijih besi, serta juga ada gas alam dan mika.[49]
Dengan masuknya bangsa Dravida yang disusul dengan kedatangan ras Arya, India utara bagi mereka dikatakan sangat menguntungkan. Hal ini dapat terlihat ketika peradaban Mohenjodarro-Harappa oleh kaum Dravida. Mereka memanfaatkan lingkungan alam seperti tanah liat untuk digunakan sebagai bahan bangunan rumah dan perkotaan, serta kerajinan tangan. Sedangkan banyaknya jenis flora dan fauna mereka gunakan untuk kebutuhan pangan, peralatan hidup, dsb.

b.      Geografi – Politik - Militer
Secara geografi politik, India khususnya India Utara merupakan kawasan yang memberikan gambaran mengenai sejumlah bangsa yang berdaulat dengan system social dan politik yang berbeda dengan bangsa yang berada di luar kawasan India.[50]
Deretan pegunungan Himalaya yang mengelilingi India Utara merupakan benteng pertahanan alam yang hebat. Benteng ini merupakan rintangan bagi para pendatang dari luar India, khususnya bagi mereka yang datang dari arah utara.[51] Hal ini wajar, karena tidak ada jalan masuk kecuali hanya ada empat celah dibeberapa bagian pegunungan Himalaya. Celah tersebut adalah: Bolan, Tochi, Gumal, dan Khaiber. Khaiber adalah celah yang paling terkenal karena disinilah tempat berbagai masuknya para pendatang ke India, misalnya: Bangsa Arya.[52]
Dari segi pertahanan militer, pegunungan Himalaya juga merupakan benteng alam yang hebat. Pada tahun 327 SM Aleksander dari Macedonia (Yunani) menyerbu India Utara. Dimana sebelum masuk ke lembah-lembah sungai yang di jadikan pusat-pusat kerajaan, ia dan pasukannya terlebih dahulu melewati tebing-tebing curam Hindhu Kush. Bukan hanya itu saja, hujan deras, guntur dan halilintar sering kali terjadi dilembah sungai Indus, khususnya pada musim semi tahun 326-327 SM yang bersamaan dengan masa penghujan dan pancaroba yang juga merintangi usaha invasi Aleksander dari Macedonia. Sehingga ini juga merupakan pertahanan alam yang ampuh yang dimiliki oleh India Utara.[53]

c.       Geografi-Pertanian-Flora-Fauna
Daerah lembah sungai Indus banyak menghasilkan tanaman pangan, salah satu yang dikenal pada masa kuno adalah tanaman tebu. Dalam bahasa Sanekerta disebut sebagai Sjakara. Masyarakat India kuno sudah mampu membuat keratan Kristal dari gula, yang mungkin pada saat ini hampir menyerupai gulali atau permen.[54]
Sehingga sangat dimungkinkan bahwa masyarakat kuno sungai Indus sudah mampu membudidayakan pangan termasuk tebu untuk dijadikan sumber pangan sehari-hari. Karena bangsa Dravida tinggal didaerah perkotaan kuno sambil bercocok tanam, serta ada yang ahli dalam berlayar.[55]
Sedangkan peternakan mulai dilakukan pada masa zaman Hindu. Dimana yang diternak adalah lembu. Hal ini karena lembu adalah hewan suci bagi orang Arya dan Hindu. Jumlahnya bahkan sudah mencapai ratusan juta, hampir menyamai jumlah orang Hindu sendiri.[56]Selain lembu juga terdapat gajah dan kuda yang mungkin juga diternak. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan pasukan gajah oleh raja Paurawa saat melawan Invasi dari Aleksander. Gajah yang digunakan sejumlah 200 ekor. Serta penggunaan pasukan berkuda yang memakai kereta perang, dimana tiap-tiap kereta perang dihela empat ekor kuda.[57]

d.      Geografi yang mempengaruhi Kepercayaan/Religi
Bentang alam Geografi India Utara terbukti telah mendorong lahirnya faham politheisme. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan bangsa Arya tentang dewa AGNI dan SURYA.[58] Yang sebenarnya timbul karena pemikiran dari bangsa Arya sendiri akan matahari-siang-malam. Selain itu juga ada dewa INDRA (hujan), SHARADDA (langit), sampai akhirnya pemikirannya sampai pada yang lebih spesifik yaitu mulai mengenal dewa PRAJAPATI (pencipta segenap makhluk), SHARADA (dewa yang dilimpahi kepercayaan) serta dewa MANYU (dewa kemarahan).[59]
Pemikiran akan dewa-dewa tersebut pada akhirnya mengarah ke dewa TRIMUKTI yaitu BRAHMA, VISNU, dan SYIWA yang kurang lebih lahir ketika masa penulisan kitab Veda dan masa Brahmana. Masa inilah awal berkembangnya agama Hindu di dataran India. Masa ini pula yang melahirkan system lapisan masyarakat yang biasa disebut sebagai kasta, yang didasarkan atas kepongahan bangsa Arya terhadap bangsa dravida yang mereka anggap memiliki derajat yang jauh lebih rendah dibawah mereka.[60]
Selain dari kepercayaan akan dewa-dewa tersebut, di India Utara juga tempat lahirnya agama Budha dan Jaina yang merupakan ajaran agama yang menekankan filsafat kehidupan yang tinggi. Namun pada intinya Agama-agama tersebut memang terlahir pada tanah India, yang notabene keadaan alam India utara yang seperti disebutkan diatas pastilah mempengaruhi keanekaragaman cara sikap dalam beragama.









DAFTAR PUSTAKA

Abu Su’ud, Asia Selatan Sebelum Zaman Islam (IKIP Semarang Press: Jakarta, 1992)
Abu su’ud., Memahami sejarah bangsa-bangsa di Asia Selatan sejak masa purba sampai masa kedatangan Islam (Depdikbud-dikti:  Bandung-Djakarta, 1962)
H. Diamari, dkk., Geografi Regional Dunia (Karunia, Universitas Terbuka: Jakarta, 1986)
Daljoeni N., Goegrafi Kesejarahan I: Peradaban Dunia (Alumni: Bandung, 1995)
Dr. Prijohutomo, Sedjarah Kebudayaan Indonesia I: Bangsa Hindu. (J.B. Wolters, Djakarta, Groningen, 1953)
H.J van den Berg, Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia I (J.B. Wolters: Djakarta, 1952)
H.J van den Berg, Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia III (J.B. Wolters: Djakarta, 1952)
R. Moh. Ali, Sedjarah Bangsaku (Ganaco N.V.: Bandung-Djakarta, 1962)




[1] H.J van den Berg, Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia I (J.B. Wolters: Djakarta, 1952), halaman 8.
[2] Masa Pluvial adalah zaman dimana intensitas turunnya hujan sangat tinggi.
[3] Daljoeni N., Goegrafi Kesejarahan I: Peradaban Dunia (Alumni: Bandung, 1995), halaman 108.
[4] H.J van den Berg., Op. cit., halaman 11.
[5] Daljoeni N., Loc. cit.,
[6] Abu Su’ud, Asia Selatan Sebelum Zaman Islam (IKIP Semarang Press: Jakarta, 1992), halaman 10.
[7] Pas adalah tempat yaling rendah dilereng pegunungan yang dapat dilalui oleh manusia.
[8] Abu Su’ud., Loc. cit.,
[9] H.J van den Berg., Op., cit., halaman 11.
[10] Gat adalah pegunungan yang amat curam dan terjal yang naik dari tepi laut. Dimana Gat berarti:  tangga.
[11] Abu Su’ud., Op. cit., halaman 11.
[12] Lima anak sungai dari sungai Indus adalah Beas, Jelum, Sutlej, Ravi, serta Chenab.
[13] Daljoeni N., Op. cit., halaman 118.
[14] Kerajaan tersebut adalah Taksasila, Gandhara, serta Greko-Bactria.                                         
[15] H.J van den Berg, Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia III (J.B. Wolters: Djakarta, 1952), halaman 21-22.
[16] Abu Su’ud., Loc. cit.,
[17] Daljoeni N., Op. cit., halaman 119.
[18] Loc.cit.,
[19] Benares dan Kasi disebut sebagai “Cockpit of India” atau pusat kendali penerbangan di India.
[20] Taek adalah pohon yang menghasilkan kayu seperti halnya pohon jati.
[21] H.J van den Berg., Op. cit., halaman 13.
[22] Khanda inilah yang pada akhirnya hingga saat ini oleh masyarakat inggris disebut dengan Candy atau gulali.
[23] Sapi atau lembu adalah perlambang dewa Brahma, dimana kaum brahmana menganggapnya sebagai ‘hewan suci dan turunan matahari’.
[24] Berlian Kohinoor adalah salah satu berlian terbesar di dunia yang sekarang berada di London Inggris, dan menjadi kekayaan mahkota Inggris.
[25] H.J van den Berg., Op. cit., halaman 16.
[26] Ibid., halaman 17.
[27] Anasah berarti Bangsa yang idak berhidung.
[28] H.J van den Berg.,  Loc.cit.,
[29] Dr. Prijohutomo, Sedjarah Kebudayaan Indonesia I: Bangsa Hindu. (J.B. Wolters, Djakarta, Groningen, 1953), halaman 11.
[30] Abu su’ud., Memahami sejarah bangsa-bangsa di Asia Selatan sejak masa purba sampai masa kedatangan Islam (Depdikbud-dikti:  Bandung-Djakarta, 1962), Halaman 13-14.
[31] Daljoeni N., Op. cit., halaman 122.
[32] H.J van den Berg., Loc. cit.,
[33] Dr. Prijohutomo., Loc. cit.,
[34] H.J van den Berg., Loc.cit.,
[35] R. Moh. Ali, Sedjarah Bangsaku (Ganaco N.V.: Bandung-Djakarta, 1962), Halaman 31.
[36] Daljoeni N., Op. cit., halaman 122-124.
[37] Dr. Prijohutomo, Loc. cit.,
[38] Daljoeni N., Op. cit., halaman 124.
[39] H.J van den Berg, Op. cit., halaman 18.
[40] Dr. Prijohutomo, Op. cit., halaman 12.
[41] Ibid.,
[42] R. Moh. Ali, Loc. cit.,
[43] Daljoeni N., Loc. cit.,
[44] Dr. Prijohutomo., Op. cit., halaman 10.
[45] H.J van den Berg, Op. cit., halaman 63.
[46] Dr. Prijohutomo., Op.cit., halaman 25.
[47] Daljoeni N., Op. cit., halaman 124.
[48] H.J van den Berg, Op. cit., halaman 11-16.
[49] H. Diamari, dkk., Geografi Regional Dunia (Karunia., Universitas Terbuka: Jakarta, 1986), halaman 1.58.
[50] Abu su’ud., Op. cit., halaman 7.
[51] Abu Su’ud, Asia Selatan Sebelum Zaman Islam (IKIP Semarang Press: Jakarta, 1992), halaman 10.
[52] Ibid.,
[53] Dr. Prijohutomo, Op. cit., halaman 16.
[54] H.J van den Berg, Op. cit., halaman 13.
[55] Dr. Prijohutomo, Op. cit., halaman 11.
[56],H.J van den Berg, Op. cit.,halaman 13-14.
[57] Dr. Prijohutomo, Op. cit., halaman 16.
[58] Agni adalah dewa Api, sedangkan Surya adalah dewa matahari.
[59] Daljoeni N., Op. cit., halaman 114.
[60] H.J van den Berg, Op. cit.,halaman 19.

Comments

Popular posts from this blog

GEGER TENGGER : PERUBAHAN SOSIAL DAN PERKELAHIAN POLITIK

Highlight "The Textuality of Archive" by Andrew Prescott

Melacak Jejak Kisah-Kisah Sejarah dalam Al-Qur’an