INDIA UTARA MASA PRA-ISLAM
1. Bentang alam India
Kata India
bukanlah diambil dari bahasa masyarakat aslinya, melainkan berasal dari para
penulis bangsa Yunani, yang diambil dari perkataan “Indoi” yang artinya adalah “sungai”[1]. Hal ini menunjukkan bahwa
peradaban India, khususnya dibagian utara tidak dapat dilepaskan dari sungai-sungainya
yang menciptakan lembah-lembah yang subur disekitarnya yang pada akhirnya dapat
menarik perhatian dari beberapa suku untuk tinggal sampai pada akhirnya mereka
menciptakan peradaban disana.
India memiliki
struktur geografis yang beraneka ragam. Dengan berakhirnya masa glasial, maka
suhu di bumi pun meningkat, es yang semulanya menutupi daratan mulai mencair
sehingga pada akhirnya menciptakan jazirah India dengan geomorfologis yang
hampir sama dengan apa yang terlihat pada India pada masa sekarang. Ditambah
lagi pada masa pluvial,[2] yang disertai dengan suhu
yang hangat. Kondisi inilah yang menjadikan India sebagai daerah yang sangat
baik untuk pertumbuhan beberapa jenis flora dan fauna.[3]
India terdiri
atas tiga bentang alam yaitu pegunungan Himalaya, lembah-lembah di dearah
sungai, serta dataran tinggi Dekhan beserta pegunungan-pegunungan yang
membatasinya.[4]
Namun secara umum berdasarkan peradaban dan bentang alamnya, India dibagi
menjadi dua bagian. Yaitu India Utara dan India Selatan. Daerah India Selatan
letaknya sudah hampir mendekati daerah khatulistiwa. Sehingga hawanya lebih
panas, lembab, serta pengap. Sedangkan daerah India Utara adalah daerah dengan
hutan di dataran tingginya serta sungai dan lembahnya di dataran rendahnya. Dimana
di bagian utara ini terdapat dua sungai besar yaitu sungai Indus dan Gangga.
Oleh karena itu daerah India Selatan merupakan daerah yang sangat menguntungkan
bagi peradaban manusia di India, hal ini dikarenakan bentang alamnya yang
mendukung kemajuan suatu peradaban manusia.[5]
2.
Kondisi Geografis, Bentang Alam, serta Flora-Fauna
di India Utara
Pada intinya
kondisi geografis, bentang alam, serta keanekaragaman flora dan faunanya inilah
yang pada akhirnya menarik perhatian dari bangsa-bangsa dari luar India untuk
mendirikan peradaban, yang nantinya terkenal dengan sebutan peradaban Mohenjoddaro dan Harappa (2500-1500 SM) yang berada di lembah sungai Indus.
2.1
Bentang Alam (Pegunungan, Lembah dan Sungai)
Daerah dataran
tinggi di India, khususnya di India Utara dapat dikatakan sangat mengagumkan,
yang terdiri atas deretan pegunungan yang membentang luas yang di sebut “Himalaya”
yang membentang mulai dari Afghanistan sampai Acsam disebelah timur, yang
kurang lebih memiliki panjang 2500 km[6]. Pegunungan Himalaya
tersebut memiliki ketinggian ± 6000 meter diatas permukaan laut serta memiliki
dua deretan yang sejajar yang pada kedua ujungnya membelok ke arah barat daya
dan ke arah tenggara. Diantara deretan pegunungan tersebut terdapat apa yang
disebut dengan pas[7].
Sebenarnya di India Utara hanya terdapat empat pas di daerah lereng gunungnya. Yaitu
antara Bolan, Tochi, Gumal, dan Khaiber[8]. Namun yang paling
terkenal ialah pas Khaiber. Dimana sebagian sejarawan menyebutkan bahwa di pas
Khaiber inilah bangsa Arya mulai masuk ke daerah India Utara.
Kaki-kaki dari
pegunungan Himalaya tersebut berbatasan dengan lembah-lembah yang terdapat
diantara sungai Gangga dan sungai Indus. Dimana di lembah-lembah inilah
peradaban India tumbuh dan berkembang. Lembah-lembah diantara dua sungai
tersebut dibagian selatanya dibatasi oleh pegunungan Windhya, bukit Satpura,
serta dataran tinggi Dekhan. Dimana Dekhan artinya adalah daerah selatan.[9] Sedangkan di bagian timur
dan barat lembah-lembah sungai tersebut adalah Gat.[10]
Bagi
penduduk masa kuno di India, sungai Indus dikenal dengan sebutan ‘raja sungai’
yang dalam bahasa sangsekerta disebut
dengan sindhu yang artinya samudra
atau perairan besar. Mata airnya berasal dari lereng-lereng pegunungan di Tibet
(Himalaya), yang mengalir ke tanah Kashmir dan berakhir pada muara di laut
arab. Bagi masyarakat India lembah sungai Indus lebih dikenal dengan sebutan
lembah Punjab yang artinya daerah
aliran lima sungai (Panc berarti
lima, ab berarti air).[11] Bagian dari hulu sungai
ini mengalir di bagian Himalaya dengan panjang aliran mencapai 3000 km. Dari
daerah barat daya Tibet, sungai Indus mengalir ke dataran Punjab, tepatnya di
kota Kalabagh. Dan memiliki lima anak sungai di daerah Mithankot,[12] yang kemudian melewati
kota Sukkur dan Heidareabad untuk selanjutnya berakhir pada muara.[13] Pada musim penghujan
sungai Indus sering meluapkan airnya yang oleh masyarakat India digunakan untuk
irigasi. Sehingga didaerah Punjab menjadi bertanah subur dan banyak ditanami
padi, gandum, jagung, dan buah-buahan.
Sehingga tidak
salah jika peradaban Mohenjodarro dan Harappa berdiri di lembah sungai Indus. Bahkan
hingga masa Hindhu-Budha berkembang di India, lembah sungai Indus tetap menjadi
pusat beberapa kerajaan besar.[14] Selain dari pada itu, di
lembah sungai Indhus juga merupakan lahirnya suku-bangsa Sikh. Orang Sikh
sangat terkenal dengan keberanian dan keahliannya akan berperang.[15] Dalam masyarakat India
kedudukan orang Sikh termasuk ras yang utama, yang merupakan keturunan bangsa
arya dengan ciri “pandai berperang dan berbadan tinggi”.
Sedangkan sungai
besar lainnya adalah sungai Gangga yang bagi orang Hindhu dianggap sebagi
sungai suci. Airnya dipercaya dapat mensucikan jiwa dari dosa dan segala jenis
penyakit raga. Mata airnya berasal dari lereng Himalaya dengan ketinggian 3000
meter diatas permukaan laut, yang mengalir kedaerah dekat Hardwar dan berakhir di muara Teluk Benggala. Namun sebelum
berakhir di muara, aliran sungai Gangga ini melewati beberapa kota sehingga
menjadikan kota-kota tersebut bertanah subur dan layak untuk bercocok tanam. Kota-kota
tersebut antara lain: Kosala, Magadha, Pataliputra, dan Mathura.[16]
Selain itu
selama berabad-abad pula sungai ini digunakan untuk sarana transportasi,
komunikasi, dan perdagangan. Pada masa lampau di daerah aliran sungai Gangga
berdiri kerajaan kesultanan Delhi dan kerajaan Moghul yang sangat terkenal itu.[17]
Perlu diketahui
bahwasannya diantara lembah sungai Indus dan lembah sungai Gangga terdapat
padang pasir yang terbentang luas yang dikenal dengan sebutan ‘Rajnaputra’ atau
gurun Thar. Dimana dikedua tepinya terdapat lorong yang terkenal dalam
epos/wiracarita India yaitu Kurusetra.[18] Dimana didaerah itulah
beberapa kebudayaan kuno India tumbuh dan berkembang. Kebudayaan kuno tersebut
antara lain: Astinaputra, Indraprasta,
Kapilavastu, dan Ayodyapura.
Ada juga tempat
tempat suci yang terdapat di daerah lembah sungai Gangga yang bahkan pada saat
ini masih dikhultuskan. Tempat itu adalah Benares
dan Kasi, yang sangat terkenal
dalam literature masyarakat barat.[19] Selain pegunungan
Himalaya, sungai Indus dan Gangga beserta lembahnya. Masih ada dataran tinggi
Dekhan yang terletak di sebelah selatan India. Namun daerah tersebut kurang
subur sehingga peradaban yang dihasilkan kurang berpengaruh dari pada peradaban
yang ada di India Utara.
2.2
Flora dan Fauna
Dengan adanya
pegunungan, sungai, dan lembah-lembah yang subur tersebut maka berdampak pula
pada iklim yang pada akhirnya berpengaruh juga pada jenis-jenis tumbuhan yang
hidup disana. Hampir segala jenis pohon dapat ditemukan didaerah lembah-lembah
sungai di India Utara. Misalnya saja pohon apel, peer, pisang, nanas, papaya, taek[20] dan pohon ara yang
memiliki garis tengah hingga mampu
mencapai 9 meter.
Namun yang
paling terkenal dari beberapa jenis tanaman yang hidup di India adalah tebu, yang
dalam bahasa Sangseketa disebut
dengan sjakara.[21] Dimana maysarakat di
India pada saat itu sudah mampu mengolah tebu menjadi keratan Kristal gula yang
dalam bahasa Sangsekerta di sebut
dengan Khanda.[22]
Sedangkan jenis
faunanya antara lain gajah. Meskipun banyak terdapat di India Selatan, namun gajah
juga masih banyak ditemukan di daerah India Utara. Gajah-gajah tersebut pada
masa peradaban mulai ditangkap untuk digunakan dalam ketentaraan, lalulintas,
dan sebagai alat angkutan. Sapi juga banyak ditemukan di daerah India termasuk
di daerah India Utara. Hal ini karena sapi merupakan hewan suci bagi pemeluk
agama Hindhu.[23]
Mereka mengharamkan daging sapi untuk dimankan. Dahulu di daerah lembah sungai
Gangga dan Dekhan juga banyak terdapat anjing. Dimana anjing dari India ini
terkenal dengan bentuknya yang besar dan tubuhnya yang kuat. Namun dewasa ini
anjing India sudah hilang sama sekali.
Namun hewan yang
paling terkenal adalah harimau dan ular (cobra). Dimana kedua hewan inilah yang
banyak membunuh manusia di India. Oleh sebab itu tak heran rasanya jika ular
dan harimau dianggap sebagai hewan suci bagi sebagian masyarakat India.
Satu hal yang perlu
diingat pada peradaban India pada umumnya dan India Utara pada khususnya adalah
kandungan barang tambang berharga. Antara lain Batu berlian. Batu mulia ini
sudah dari beratus tahun yang lampau sudah ada di India. Yang pada akhirnya
banyak dikirim ke luar India untuk diperdagangkan, yang paling terkenal adalah
Berlian Kohinoor.[24] Selain dari pada berlian,
masih ada bahan tambang lainnya yang pada masa sekarang masih digunakan dan
masih di eksploitasi yaitu antara lain: batu bara, minyak bumi, dan besi.[25]
3.
Bangsa dan Penduduk
Keadaan Geografi
dan bentang alam India Utara yang menarik dan subur pada akhirnya dapat menarik
beberapa suku dan bangsa dari luar India untuk datang, menetap dan membentuk
peradaban di India Utara. Dimana bangsa luar pertama yang masuk ke India Utara
adalah bangsa Dravida. Mereka masuk melalui pas Khaiber dalam tahun 3000 SM.[26] Dalam beberapa buku kuno
di India, bangsa Dravida disebut sebagai bangsa Anasah.[27] Hidung mereka pipih,
badannya kecil, kulitnya kehitam-hitaman, dan rambutnya ikal. Hingga sekarang
keturunan mereka masih Nampak pada bangsa Tamil yang kini berada di India
Selatan dan juga Bangladesh. Pada mulanya bangsa Dravida menyebar diseluruh
pelosok India khususnya di daerah lembah sungai subur. Mereka hidup dengan
bercocok tanam, menyusuri pantai, dan mendirikan beberapa perkotaan kuno. Namun
senejak kedatangan bangsa Arya dari utara, bangsa Dravida sebagian besar mulai
tersisihkan dan kebanyakan dari mereka tinggal di daeah India Tengah dan India
Selatan.[28]
Yang notabene wilayah tersebut tidak sesubur wilayah India utara yang
sebelumnya mereka duduki.
Namun siapakah
bangsa asli di India?. Sebelum bangsa Dravida masuk ke India utara, di India
sudah terdapat bangsa pribumi yang dikenal dengan sebutan ‘suku Munda’. Hal ini
dapat terlihat dibeberapa daerah di India, dimana beberapa sukunya masih
menggunakan bahasa Munda.[29] Orang Munda merupakan
bangsa yang serumpun dengan negrito di Afrika atau Melanesia yang biasa disebut
Indonegrito.[30]
Kemudian setelah
bangsa Dravida masuk ke India, disusul dengan kedatangan bangsa Arya. Mereka
adalah dari ras Kaukasoid yang berkulit putih, bertubuh tinggi, dan berhidung
mancung. Bangsa Arya serumpun dengan bangsa yang ada di Eropa, sehingga bahasa
yang digunakannya juga serumpun.[31] Bangsa Arya ini masuk ke
India kurang lebih 2000-1000 SM dimana asal dari daerah mereka adalah
Mesopotamia yang sekarang adalah Irak, namun ada pula yang mengatakan bahwa
mereka berasal dari daerah di sekitar Laut Kaspia.[32] Msuk ke India jurang Hindhu Kush, dan menetap di daerah
lembah sungai Indus.
Bangsa Arya
adalah bangsa yang ahli berperang, mereka melakukan penaklukan hingga sampai ke
daerah sungai Gangga dan India Selatan. Namun lambat laun mereka bercampur
dengan orang Dravida, sehingga terciptalah persatuan budaya yang terdiri atas
budaya asli Dravida dengan budaya Arya, yang pada akhirnya membentuk budaya
baru yang disebut budaya ‘India’.[33] Berasal dari kata
‘Sindhu’ atau ‘Hindhu’ yang merupakan nama bangsa yang tinggal di sekitar
sungai Indus. Pada awal abad ke-19, bangsa Eropa menamai agama bangsa Sindhu
sebagai Hindu yang sekarang agama Hindu sudah terkenal diseluruh pejuru dunia.[34] Bahkan di Nusantara pada
abad ke-1 hingga ke-4, keraton-keraton di Nusantara mendatangkan orang Hindu
(Brahmana) dari India untuk memberi pengajaran Agama.[35]
4.
Bahasa dan Agama
Dengan kodisi
geografi, bentang alam, serta kemajemukan suku-bangsa di India, maka secara
otomatis menciptakan keanekaragaman bahasa dan agama yang memiliki katartristik
yang unik.
4.1
Bahasa
Secara ilmiah
Sembilan bahasa yang terdapat di India utara berasal dari bahasa Sansekerta
yang pada dasarnya dibawa oleh bangsa Arya, yang kemudian berkembang menjadi
berbagai dialek yang beraneka ragam namun satu rumpun bahasa. Bahasa tersebut
antara lain: Hindi, Sindhi, Urdu,
punyabi, Bengali, Bharati, Criya dan
Asam. Sedangkan bahasa bangsa Dravida berkembang menjadi beberapa bahasa
antara lain: Tamil, Telugu, Kanari dan Malayam.[36] Yang kini penggunaanya
lebih banyak ditemukan didaerah selatan. Hal ini wajar, karena semenjak
kedatangan bangsa Arya, kebayakan orang Dravida pergi ke daerah selatan India.
Selain bahasa
dari suku Arya dan Dravida, juga terdapat bahasa Munda, yaitu bahasa asli dari
penduduk India utara (orang Mundu) yang didapati sebelum kedatangan orang
Dravida.[37]
4.2
Agama
Menurut Bouqeut,
periode agama-agama di India adalah sebagai berikut:
a.
Periode Agama
Primitif atau pre-history yang masih belum terungkap secara jelas. Namun tahap
ini memiliki banak perbedaan dengan wilayah lain di dunia karena factor bentang
alam India yang berbeda.
b.
Periode agama
bangsa Dravida yang dibuktikan dengan budaya kota kuno sekitar 2000 SM.[38] Orang Dravida belum
mengenal konsep patung-dewa yaitu dewa yang diwujudkan dalam bentuk patung
manusia dan makhluk lainnya.
c.
Periode Veda
(1500-800 SM), sebagai akibat kedatangan bangsa Arya. Kitab Veda sebelum
ditulis, hanya dihafalkan isinya oleh para agamawan bangsa Arya secara
turun-temurun. Mereka beranggapan Veda diterima langsung dari para dewa. Namun
semenjak mengenal tulisan, kitab Veda ditulis dengan bahasa Sangsekerta.[39] Isi kitab tersebut antara
lain berisi kumpulan nyanyian-pujian bagi para dewa, mentera-mantera sajian,
lagu-lagu, dan mantera sihir sebagai penolak kekuatan ghaib yang jahat.[40] Pada masa ini belum
mengenal dewa trimurti, namun yang dikenal hanya dewa Indra (dewa pemimpin perang yang mengalahkan naga). Serta dewa-dewa
alam lainnya seperti dewa matahari, bulan, hujan, angin, dan api. Selain
mengenal konsep dewa, masa ini juga mengenal konsep roh jahat dan roh baik.
Misalnya: Apsara, Gandharwa dan Bhuta.[41]
d.
Periode epos
Brahmani (800-500 SM). Masa ini adalah masa proses pelembagaan Hinduisme.
Disebut masa Brahmani karena pemuka agama Hindu masa tersebut disebut dengan
Brahmana atau pendeta. Dimana mereka adalah orang pandai dan ahli, serta
mengerti betul akan agama, adat, aturan kerajaan, bahasa, ilmu falak, ilmu
kesehatan atau tabib.[42]
e.
Periode
filosofis (500-100 SM). Masa lahir dan berkembangnya aliran Budha dan Jaina.
Masa ini juga berkembang kerajaan Budha yaitu Ashoka yang memegang hegemoni
politik.[43]
f.
Periode
selanjutnya adalah periode inkranasi, invasi Islam, kaum Bhakti, dan masuknya
bangsa Eropa.
5.
Peradaban India Utara Pra-Islam
Secara singkat
sejarah peradaban di India Utara terbagi sebagai berikut:
a.
Masa Peradaban
kuno Mohenjodarro - Harappa. Masa ini bangsa Dravida mendirikan kota-kota kuno
yang tertata rapi dengan bangunan dari tanah liat serta sanitasi yang baik yang
didirikan di lembah sungai Indus. Selain itu banyak materi yang ditemukan yang
terbuat dari tanah liat yang dibakar. Seperti: Gambar Badak, Gajah, dan huruf
prehistory (3000 SM).[44]
b.
Peradaban India.
Masa ini lahir karena bercampurnya budaya Arya dan budaya Dravida. Dengan
kebudayaannya yang disebut ‘India’. Negara kerajaan India pertama adalah
Magadha (abad ke-5 SM) yang terletak di daerah Bihar.
c.
Penyerangan oleh
Iskandar Zulkarnaen dari Macedonia. (327 SM). Yang membawa pengaruh perubahan
kebudayaan Hellena di beberapa kerajaan di India Barat-laut.[45]
d.
Peradaban Budha.
Ditandai dengan lahir dan berkembangnya agama Budha. Kekaisarannya adalah Ashoka
(273-232 SM) yang kemudian dilanjutkan dengan dinasti Maurya-Candragupta,
Samudragupta, Harsya.
e.
Peradaban
lainnya. Misalnya dari Dinasti Cungga yang memerintah di Magadha, dengan
rajanya Pusyamitra yang sangat menentang Budha. Dia adalah orang brahmana murni
yang berhasil mendeak orang Budha untuk mninggalkan Ashoka.[46]
6.
Bentang Alam India Utara Dilihat Dari Aspek-Aspek
dalam Ilmu Geografi
a.
Geografi – Ekonomi
Seperti yang
dikemukakan pada sub-bahasan kedua tentang kondisi geografis, bentang alam dan
flora-fauna di India Utara, dapat terlihat secara jelas bahwa model geografis
India utara sangat mendukung kehidupan ekonomi.
Pegunungan
Himalaya yang mengelilingi India Utara serta sungai-sungai besar dengan lembah
suburnya yang didukung intensitas hujan yang tinggi dan suhu hangat, menjadikan
India utara ditempati beraneka flora-fauna.[47] Hutan belantara di daerah
perbukitan menghasilkan berbagai jenis tanaman kayu, pangan dan buah-buahan
disekitar lembah-lembah sungainya. Sehingga dengan kondisi bentang alam seperti
itu banyak terdapat hewan-hewan seperti: Gajah, kuda, sapi, rusa, harimau,
anjing, dan ular dsb.[48]
Bahkan di India
Utara pada masa lalu juga sudah terkenal dengan bahan tambangnya yaitu berlian.
Selain itu juga ada batu bara, minyak bumi, dan besi. Bahkan zaman sekarang
India adalah Negara yang merupakan Negara yang kaya akan bahan tambang dimana
yang utama adalah bijih besi, serta juga ada gas alam dan mika.[49]
Dengan masuknya
bangsa Dravida yang disusul dengan kedatangan ras Arya, India utara bagi mereka
dikatakan sangat menguntungkan. Hal ini dapat terlihat ketika peradaban
Mohenjodarro-Harappa oleh kaum Dravida. Mereka memanfaatkan lingkungan alam
seperti tanah liat untuk digunakan sebagai bahan bangunan rumah dan perkotaan,
serta kerajinan tangan. Sedangkan banyaknya jenis flora dan fauna mereka
gunakan untuk kebutuhan pangan, peralatan hidup, dsb.
b.
Geografi – Politik - Militer
Secara geografi
politik, India khususnya India Utara merupakan kawasan yang memberikan gambaran
mengenai sejumlah bangsa yang berdaulat dengan system social dan politik yang
berbeda dengan bangsa yang berada di luar kawasan India.[50]
Deretan
pegunungan Himalaya yang mengelilingi India Utara merupakan benteng pertahanan
alam yang hebat. Benteng ini merupakan rintangan bagi para pendatang dari luar
India, khususnya bagi mereka yang datang dari arah utara.[51] Hal ini wajar, karena
tidak ada jalan masuk kecuali hanya ada empat celah dibeberapa bagian
pegunungan Himalaya. Celah tersebut adalah: Bolan, Tochi, Gumal, dan Khaiber.
Khaiber adalah celah yang paling terkenal karena disinilah tempat berbagai
masuknya para pendatang ke India, misalnya: Bangsa Arya.[52]
Dari segi
pertahanan militer, pegunungan Himalaya juga merupakan benteng alam yang hebat.
Pada tahun 327 SM Aleksander dari Macedonia (Yunani) menyerbu India Utara.
Dimana sebelum masuk ke lembah-lembah sungai yang di jadikan pusat-pusat
kerajaan, ia dan pasukannya terlebih dahulu melewati tebing-tebing curam Hindhu
Kush. Bukan hanya itu saja, hujan deras, guntur dan halilintar sering kali
terjadi dilembah sungai Indus, khususnya pada musim semi tahun 326-327 SM yang
bersamaan dengan masa penghujan dan pancaroba yang juga merintangi usaha invasi
Aleksander dari Macedonia. Sehingga ini juga merupakan pertahanan alam yang
ampuh yang dimiliki oleh India Utara.[53]
c.
Geografi-Pertanian-Flora-Fauna
Daerah lembah
sungai Indus banyak menghasilkan tanaman pangan, salah satu yang dikenal pada
masa kuno adalah tanaman tebu. Dalam bahasa Sanekerta disebut sebagai Sjakara.
Masyarakat India kuno sudah mampu membuat keratan Kristal dari gula, yang
mungkin pada saat ini hampir menyerupai gulali atau permen.[54]
Sehingga sangat
dimungkinkan bahwa masyarakat kuno sungai Indus sudah mampu membudidayakan
pangan termasuk tebu untuk dijadikan sumber pangan sehari-hari. Karena bangsa
Dravida tinggal didaerah perkotaan kuno sambil bercocok tanam, serta ada yang
ahli dalam berlayar.[55]
Sedangkan
peternakan mulai dilakukan pada masa zaman Hindu. Dimana yang diternak adalah
lembu. Hal ini karena lembu adalah hewan suci bagi orang Arya dan Hindu.
Jumlahnya bahkan sudah mencapai ratusan juta, hampir menyamai jumlah orang
Hindu sendiri.[56]Selain
lembu juga terdapat gajah dan kuda yang mungkin juga diternak. Hal ini
dibuktikan dengan penggunaan pasukan gajah oleh raja Paurawa saat melawan
Invasi dari Aleksander. Gajah yang digunakan sejumlah 200 ekor. Serta
penggunaan pasukan berkuda yang memakai kereta perang, dimana tiap-tiap kereta
perang dihela empat ekor kuda.[57]
d.
Geografi yang mempengaruhi Kepercayaan/Religi
Bentang alam
Geografi India Utara terbukti telah mendorong lahirnya faham politheisme. Hal
ini dapat dilihat dari kepercayaan bangsa Arya tentang dewa AGNI dan SURYA.[58] Yang sebenarnya timbul
karena pemikiran dari bangsa Arya sendiri akan matahari-siang-malam. Selain itu
juga ada dewa INDRA (hujan), SHARADDA (langit), sampai akhirnya pemikirannya
sampai pada yang lebih spesifik yaitu mulai mengenal dewa PRAJAPATI (pencipta
segenap makhluk), SHARADA (dewa yang dilimpahi kepercayaan) serta dewa MANYU
(dewa kemarahan).[59]
Pemikiran akan
dewa-dewa tersebut pada akhirnya mengarah ke dewa TRIMUKTI yaitu BRAHMA, VISNU,
dan SYIWA yang kurang lebih lahir ketika masa penulisan kitab Veda dan masa
Brahmana. Masa inilah awal berkembangnya agama Hindu di dataran India. Masa ini
pula yang melahirkan system lapisan masyarakat yang biasa disebut sebagai
kasta, yang didasarkan atas kepongahan bangsa Arya terhadap bangsa dravida yang
mereka anggap memiliki derajat yang jauh lebih rendah dibawah mereka.[60]
Selain dari
kepercayaan akan dewa-dewa tersebut, di India Utara juga tempat lahirnya agama
Budha dan Jaina yang merupakan ajaran agama yang menekankan filsafat kehidupan
yang tinggi. Namun pada intinya Agama-agama tersebut memang terlahir pada tanah
India, yang notabene keadaan alam India utara yang seperti disebutkan diatas
pastilah mempengaruhi keanekaragaman cara sikap dalam beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Su’ud,
Asia Selatan Sebelum Zaman Islam (IKIP
Semarang Press: Jakarta, 1992)
Abu
su’ud., Memahami
sejarah bangsa-bangsa di Asia Selatan sejak masa purba sampai masa kedatangan
Islam (Depdikbud-dikti:
Bandung-Djakarta, 1962)
H. Diamari,
dkk., Geografi Regional Dunia (Karunia, Universitas Terbuka: Jakarta,
1986)
Daljoeni N.,
Goegrafi Kesejarahan I: Peradaban Dunia (Alumni:
Bandung, 1995)
Dr. Prijohutomo,
Sedjarah Kebudayaan Indonesia I: Bangsa
Hindu. (J.B. Wolters, Djakarta, Groningen, 1953)
H.J van den Berg,
Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia I
(J.B. Wolters: Djakarta, 1952)
H.J van den Berg,
Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia
III (J.B. Wolters: Djakarta, 1952)
R. Moh. Ali,
Sedjarah Bangsaku (Ganaco N.V.:
Bandung-Djakarta, 1962)
[1]
H.J van den Berg, Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia I (J.B.
Wolters: Djakarta, 1952), halaman 8.
[2]
Masa Pluvial adalah zaman dimana intensitas turunnya hujan sangat tinggi.
[3]
Daljoeni N., Goegrafi Kesejarahan I: Peradaban Dunia (Alumni: Bandung, 1995),
halaman 108.
[4]
H.J van den Berg., Op. cit., halaman 11.
[5]
Daljoeni N., Loc. cit.,
[6]
Abu Su’ud, Asia Selatan Sebelum Zaman Islam (IKIP Semarang Press: Jakarta,
1992), halaman 10.
[7]
Pas adalah tempat yaling rendah dilereng pegunungan yang dapat dilalui oleh
manusia.
[8]
Abu Su’ud., Loc. cit.,
[9]
H.J van den Berg., Op., cit., halaman 11.
[10]
Gat adalah pegunungan yang amat curam dan terjal yang naik dari tepi laut. Dimana
Gat berarti: tangga.
[11]
Abu Su’ud., Op. cit., halaman 11.
[12]
Lima anak sungai dari sungai Indus adalah Beas, Jelum, Sutlej, Ravi, serta
Chenab.
[13]
Daljoeni N., Op. cit., halaman 118.
[14]
Kerajaan tersebut adalah Taksasila, Gandhara, serta Greko-Bactria.
[15]
H.J van den Berg, Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia III (J.B.
Wolters: Djakarta, 1952), halaman 21-22.
[16]
Abu Su’ud., Loc. cit.,
[17]
Daljoeni N., Op. cit., halaman 119.
[18]
Loc.cit.,
[19]
Benares dan Kasi disebut sebagai “Cockpit of India” atau pusat kendali
penerbangan di India.
[20]
Taek adalah pohon yang menghasilkan kayu seperti halnya pohon jati.
[21]
H.J van den Berg., Op. cit., halaman 13.
[22]
Khanda inilah yang pada akhirnya hingga saat ini oleh masyarakat inggris
disebut dengan Candy atau gulali.
[23]
Sapi atau lembu adalah perlambang dewa Brahma, dimana kaum brahmana
menganggapnya sebagai ‘hewan suci dan turunan matahari’.
[24]
Berlian Kohinoor adalah salah satu
berlian terbesar di dunia yang sekarang berada di London Inggris, dan menjadi
kekayaan mahkota Inggris.
[25]
H.J van den Berg., Op. cit., halaman 16.
[26]
Ibid., halaman 17.
[27]
Anasah berarti Bangsa yang idak berhidung.
[28]
H.J van den Berg., Loc.cit.,
[29]
Dr. Prijohutomo, Sedjarah Kebudayaan Indonesia I: Bangsa
Hindu. (J.B. Wolters, Djakarta, Groningen, 1953), halaman 11.
[30]
Abu su’ud., Memahami sejarah bangsa-bangsa di Asia Selatan sejak masa purba sampai
masa kedatangan Islam (Depdikbud-dikti:
Bandung-Djakarta, 1962), Halaman 13-14.
[31]
Daljoeni N., Op. cit., halaman 122.
[32]
H.J van den Berg., Loc. cit.,
[33]
Dr. Prijohutomo., Loc. cit.,
[34]
H.J van den Berg., Loc.cit.,
[35]
R. Moh. Ali, Sedjarah Bangsaku (Ganaco N.V.: Bandung-Djakarta, 1962), Halaman
31.
[36]
Daljoeni N., Op. cit., halaman 122-124.
[37]
Dr. Prijohutomo, Loc. cit.,
[38]
Daljoeni N., Op. cit., halaman 124.
[39]
H.J van den Berg, Op. cit., halaman 18.
[40]
Dr. Prijohutomo, Op. cit., halaman 12.
[41]
Ibid.,
[42]
R. Moh. Ali, Loc. cit.,
[43]
Daljoeni N., Loc. cit.,
[44]
Dr. Prijohutomo., Op. cit., halaman 10.
[45]
H.J van den Berg, Op. cit., halaman 63.
[46]
Dr. Prijohutomo., Op.cit., halaman 25.
[47]
Daljoeni N., Op. cit., halaman 124.
[48]
H.J van den Berg, Op. cit., halaman 11-16.
[49] H. Diamari, dkk., Geografi Regional Dunia
(Karunia., Universitas Terbuka: Jakarta, 1986), halaman 1.58.
[50]
Abu su’ud., Op. cit., halaman 7.
[51]
Abu Su’ud, Asia Selatan Sebelum Zaman Islam (IKIP Semarang Press: Jakarta,
1992), halaman 10.
[52]
Ibid.,
[53]
Dr. Prijohutomo, Op. cit., halaman 16.
[54]
H.J van den Berg, Op. cit., halaman 13.
[55]
Dr. Prijohutomo, Op. cit., halaman 11.
[56],H.J van den Berg, Op. cit.,halaman 13-14.
[57]
Dr. Prijohutomo, Op. cit., halaman 16.
[58]
Agni adalah dewa Api, sedangkan Surya adalah dewa matahari.
[59]
Daljoeni N., Op. cit., halaman 114.
[60]
H.J van den Berg, Op. cit.,halaman 19.
Comments
Post a Comment