Melacak Jejak Kisah-Kisah Sejarah dalam Al-Qur’an



قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra’ : 88)

( Q.S Al Alaq ayat 1-5 )






A. Latar Belakang
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu” (QS. Yusuf: 3). Sebagai kitab suci, Al-Qur’an memuat kisah-kisah yang tak terkotori oleh oleh goresan pena tangan-tangan jahil dan tidak tercampuri kisah-kisah dusta dan rekayasa. Kisah-kisah-Nya merupakan kisah yang benar untuk segenap manusia, sebagai cerminan dan contoh bagi kehidupan manusia sekarang dan yang akan datang.

Melalui Al-Qur’an sebagai salah satu wujud firman-Nya, Allah memberitahukan dan memerintahkan kita untuk menceritakan (kembali) kisah ini kepada umat manusia agar mereka berfikir. Allah juga telah memberitahukan kepada para kaum mukmin dan umat manusia untuk memberikan pembelajaran melalui ketabahan, keteguhan hati dan kesabaran untuk tetap melakukan usaha dan perjuangan di jalan yang benar, khususnya dengan meyakini agama Islam.

Menurut Maftuh Ahnan, Ada sekian banyak hal yang tidak mungkin diketahui oleh manusia dalam kehidupan ini, misalnya kapan terjadinya hari kiamat dan kapan datangnya kematian seseorang (Maftuh Ahnan, 2003:02). Al-Qur’an memberikan informasi dan mengungkapkan kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia. Harus diakui bahwa sebagian dari kisah-kisah tersebut belum dapat dibuktikan kebenarannya hingga kini. (Syed Mahmudannasir, 2005:43). Tetapi, ada sebagian lainnya telah terbukti melalui temuan dan penelitian arkeologi melalui pendekatan ilmu sejarah untuk mendapatkan deskripsi temuannya. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan nalar manusia dalam mendeskripsikan temuan tersebut dengan kisah-kisah Al-Qur’an sebagian besar telah mendekati kebenaran-Nya.

Al-Qur’an juga memberikan informasi tentang kejadian-kejadian yang akan datang dimasa mendatang. Banyak diantaranya benar-benar terjadi, seperti dalam beberapa temuan terakhir yang sudah dideskripsikan. Tentu saja peristiwa-peristiwa tersebut dapat digunakan sebagai bukti kemujizatan Al-Qur’an. Hal ini tidak lantas menganggap bahwa apa yang disampaikan di Al-Qur’an adalah suatu kebohongan, sekedar cerita yang merupakan karangan Nabi Muhammad s.a.w seperti yang dituduhkan kaum kafir. Namun hal ini karena faktor keterbatasan manusia dan soal waktu yang akan menjawab semua pemberitahuan yang memang pasti terbukti di kemudian hari.

Banyaknya temuan arkeolog yang memuat catatan-catatan kuno dan bukti-bukti geografis yang mendukung atau sesuai dengan penuturan Al-Qur’an telah menunjukkan bahwa cerita atau kisah-kisah yang dimuat oleh Al-Qur’an adalah benar adanya (A. Syalabi, 1983:93). Melalui kisah-kisah yang tertulis dalam Al-Qur’an sebenarnya Allah telah menjaminkan semua kejadian-kejadian di dunia dan kejadian di masa yang akan datang telah tertulis dalam firman-Nya.
Catatan tertua yang ditemukan adalah catatan inskripsi atau naskah Ebla yang diperkirakan berumur 2500 tahun SM.

Kumpulan naskah ini digali dari sebuah tempat yang bernama Tell Mardikh, sebelah barat Syiria, dan sekarang terdiri dari 15000 potongan lempengan tablet dan fragmen. Lempengan ini bersama temuan-temuan di Timur Dekat, Mesir dan Arabia dapat digunakan sebagai catatan Independen untuk membenarkan dan menguatkan kisah-kisah dalam Al-Qur’an (A.Yatimin, 2006:125) khususnya pada surat Al-Baqarah ayat 101, ”Dan telah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebagian dari orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung) nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)”

Kebanyakan temuan-temuan arkeologis tersebut banyak ditemukan oleh lembaga-lembaga arkeologi Barat-Kristen, seperti Pontifical Biblical Institute di Vatican, Misi Arkeolog lembaga-lembaga Amerika Serikat (AS), Perancis, Inggris dan lain sebagainya. Meskipun penelitian mereka didasarkan atas metode ilmiah, namun tidak diragukan lagi bahwa kepentingan mereka adalah untuk mencocokan tablet atau lempeng arkeologis tersebut dengan kisah-kisah Injil yang mempengaruhi mereka baik sengaja ataupun yang tidak sengaja telah banyak melakukan kesalahan tafsir terhadap lempeng-lempeng tersebut dan menguntungkan kepentingan mereka (A.Yatimin, 2006:139) .

Oleh karena itu, perlunya suatu pengkajian atas berbagai peristiwa yang diberitahukan dalam Al-Qur’an untuk menambah keimanan manusia terhadap kebesaran-Nya. Agar mereka yakin bahwa Al-Qur’an merupakan Kitabullah yang tidak ada sedikitpun keraguan atasnya. Maka penelitian secara Ilmiah dipadukan dengan Pendekatan historis sangat efektif dilakukan untuk menguak kebenaran Peristiwa-peristiwa tersebut. Berbagai kondisi diatas yang kemudian melatarbelakangi penulis mengangkat judul ”Pembuktian Pemberitahuan Peristiwa-Peristiwa Sejarah dalam Al-Qur’an Melalui Pengkajian Imiah”.

Harapannya, tidak ada lagi keraguan mengenai Informasi dalam Al-Qur’an, dan menunjukkan kepada seluruh umat manusia bahwa Al-Qur’an adalah sebagai mukjizat dari Allah yang berupa firman yang shahih karena dapat dibuktikan secara Ilmiah. Sehingga dapat dipahamkan bahwa bagi mereka orang-orang yang berpikir, Islam adalah agama yang terbaik dan paling sempurna karena bersumber dari kitab suci yang Shahih. Maha benar Allah dengan segala firmannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mempunyai rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendekatan historis dapat digunakan untuk menjelaskan kisah-kisah didalam Alquran secara ilmiah?
2. Bagaimana pembuktian ilmiah tersebut dapat mendorong orang-orang yang ragu terhadap Alquran menjadi semakin yakin terhadap agama Islam?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mempunyai tujuan penulisan antara lain:
a. Tujuan Umum
Diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Islam 2010 yang diselenggarakan oleh UKKI Univesitas Negeri Surabaya.
b. Tujuan Khusus
1). Mengetahui bagaimana pendekatan historis dapat digunakan untuk menjelaskan kisah-kisah didalam Alquran beserta pembuktian ilmiahnya tentang kisah-kisah yang ditulis didalam Alquran
2). Mengetahui bagaimana Al-Qur’an dapat menyakinkan terhadap orang-orang yang meragukan kebenaran isi Al-Qur’an.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan pemikiran Islam dalam menyikapi isu penginkaran terhadap isi Al-Qur’an mengenai peristiwa-peristiwa sejarah melalui penelitian Ilmiah yang telah dilakukan oleh para arkeolog melalui pendekatan historis.
2. Manfaat Praktis
Hasil penulisan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pengkajian peristiwa sejarah dari Al-Qur’an dan mencocokkannya dengan penelitian Ilmiah. Pernyataan kaum kafir (non Islam) yang mendiskreditkan posisi Islam bahwa apa yang ditulis dalam Al-Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad. Kondisi ini telah berkembang sehingga membawa beberapa keraguan dalam masyarakat Islam itu sendiri. Kenyataan ini mendorong perlu adanya upaya untuk memberitahukan bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat firman Allah yang terbaik diseluruh muka bumi dan tidak terdapat keraguan sedikitpun atasnya.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kisah-Kisah Sejarah dalam Alquran
1. Pengertian Qashash (Kisah)

Menurut M. Yusron, Dari segi bahasa al-qashash atau al-qish-shotu yang berarti cerita ia semakna dengan tatabbu’ul atsar, yaitu pengulangan kembali masa lalu. Dari segi istilah, kisah berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berurut-urut. Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan mengenai ihwal ummat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi (www.swaramuslim.com).

Dalam bahasa Inggris sejarah disebut sebagai ‘history’, merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Yunani yakni Histories yang memberikan arti atau bermakna suatu penyelidikan ataupun pengkajian. Menurut “Bapak Sejarah” Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban. Mengikut definisi yang diberikan oleh Aristotle, bahwa Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

Menurut R. G. Collingwood, Sejarah ialah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau. Shefer juga berpendapat bahwa Sejarah adalah peristiwa yang telah lalu dan benar-benar terjadi. Sementara itu, Drs. Sidi Gazalba mencoba menggambarkan sejarah sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang berlaku. Sebagai usaha susulan dalam memahami sejarah. Beri penjelasan tentang kisah dari buku yg lain, setelah itu buat kesimpulan sedikit sesuai dg latar belakang/tema utama judul (http://lpsa.wordpress.com).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kisah adalah kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban yang berbentuk penyelidikan yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta serta tafsirannya.

2. Kisah dalam Al-Qur’an
Ada banyak macam-macam peristiwa yang diceritakan didalam Al-Qur’an, namun segala sesuatu
yang diungkapkan oleh Alquran tentang kebenaran informasi yang ada didalamnya sebagai petunjuk umat manusia. Misalnya dalam bidang Astronomi dan Geografi, para Geolog telah menegaskan tentang berbagai tahapan pencipatan bumi dan isinya yang sesuai dengan pemberitahuan Al-Qur’an. Hal ini menjadi bukti tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Sehingga, tidak diragukan lagi informasi yang bersumber dari Alquran Al-karim. Pembuktian peristiwa sejarah secara ilmiah adalah merupakan mukjizat Alquran, antara lain:

a). Fir’aun yang ditenggelamkan di Laut Merah










Kata-kata Pharaoh (Fir'aun) disebutkan dalam al Qur'an yang digunakan dalam percakapannya dengan Musa, hal ini membuktikan bahwa mereka percaya atas ketuhanan Pharaoh. Ia mencoba mengancam Musa dengan mengatakan ;
" Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". ( QS Asy-Syu'ara 29). Dan berkata Fir-aun kepada orang-orang di sekelilingnya ;" Hai Pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku". (QS Al Qashas 38).

Pada Juni 1975, ahli bedah perancis, Maurice Bucaille, mendapatkan izin untuk melakukan peneitian lebih lanjut tentang mumi tersebut dan menemukan bahwa Firaun meninggal di Laut. Ini terbukti dari bekas-bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya,sehingga jasadnya utuh diawetkan oleh garam.Bucaille akhirnya berkesimpulan bahwa Alangkah agungnya contoh-contoh yang diberikan oleh ayat Al-Qur’an tentang tubuh Firaun.Sekali lagi Al-Qur’an menunjukkan mukjizatnya. Penyelidikan dan penemuan modern telah menunjukkan kebenaran Al-Qur’an.

b). Kaum Ad’ dan Ubar
”Adapun kaum 'Ad maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaun Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong(lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal diantara mereka. (QS. Al-Haaqqah: 6-8)

Nicholas Clapp dan rekan-rekannya meneliti dan melakukan pencarian pada akhir 1991. pada Februari 1992, mereka menemukan bangunan segi delapan dengan dinding-dinding dan menara-menara yang tinggi, mencapai sekitar sembilan meter. Agaknya itulah sebagian dari apa yang diceritakan oleh Al-Qur’an bahwa ”Penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi” (QS Al-Fajr [89]:7).

c). Ashabul Kahfi
Benarkah informasi atau jawaban Al-Quran bahwa terdapat tujuh orang pemuda bersama seekor anjing yang berlindung dari kekejaman penguasa masanya menuju goa (QS Al Kahfi{18}:22)?.Benarkah mereka tertidur dalam goa selama 300 tahun (QS AL Kahfi {18}:25 )?. Bila ayat di atas dikatakan bahwa para pemuda yang berlindung itu menghindar dari ketetapan penguasa yang dikeluarkan pada 112 M itu, dan bahwa mereka terbangun dari tidur pada sekitar tahun 412 M yakni masa pemerintahan penguasa yang membebaskan orang-orang kristen dari penindasan.

Menurut, Nama dari kaisar yang memerintah dalam masa ketika para Penghuni Gua dibangunkan dari tidur mereka yang panjang adalah Tezusius menurut para peneliti Muslim, dan menurut Gibon adalah Theodosius II menurut Gibbons. Kekaisaran ini berkuasa antra 408-450 M, setelah kekaisaran Romawi berubah memeluk agama Kristen.

Dalam beberapa komentarnya dikatakan bahwa pintu masuk dari gua mengarah ke Utara sehingga sinar matahar Dari sejarah ini juga terbukti mengapa peristiwa ini tidak disebut dalam perjanjian baru dan perjanjian lama, karena memang terjadinya jauh setelah masa isa a.s Tapi Al-Qur’an jauh sebelumnya sudah menginformasikan secara detail kisah ini.Inilah bukti kebenaran dan kehebatan Al-Qur’an
d). Kemenangan Romawi
Sejarahwan menginformasikan bahwa pada 614 M terjadi peperangan antara kedua adikuasa itu yang berakhir dengan kekalahan Romawi. Ketika itu kaum musyrik di makkah mengejek kaum muslim yang cenderung mengharapkan kemenangan Romawi yang beragama samawi itu atas persia yang menyembah api.

”Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya”.

Tetapi ternyata bahwa pemberitahuan tersebut benar adanya. Karena sejarah menginformasikan bahwa tujuh tahun setelah kekalahan Romawi( Tahun 662 M). Terjadi lagi peperangan antara kedua adikuasa tersebut, dan kali ini pemenangnya adalah Romawi.

e). Kaum Saba’ dan Banjir Arim
kaum ini yang tidak mendengarkan peringatan dari Nabi mereka dan yang menolak atas kepercayaan tersebut, akhirnya mereka dihukum dengan banjir bah yang mengerikan. Banjir ini disebutkan dalam Al Qur'an urat As-Saba’ ayat 15-17

Werner Keller seorang ahli arkeologi Kristen penulis buku " The Holy Book Was Right (Und die Bible Hat Doch Recht) sepakat bahwa banjir Arim terjadi sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an dan ia menulis bahwa keberadaan sebuah bendungan dan penghancuran seluruh negeri dikarenakan runtuhnya bendungan membuktikan bahwa contoh yang diberikan dalam Al Qur'an tentang kaum pemilik kebun-kebun tersebut adalah benar-benar adanya.

B. Pendekatan Historis
Menurut Yatimin Abdullah, Historis adalah asal-usul, silsilah, kisah, riwayat, dan peristiwa. Historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai ilmu dimulai dengan memperhatiakan unsur tempat, waktu dan objek serta latar belakang peristiwa tersebut. Melalui pendekatan sejarah ini diajarkan untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan peristiwa sejarah yang diterangkan di Alquran. Kebenaran Al-Qur’an dari segi historis telah terbukti kebenarannya melalui penelitian ilmiah.

Pendekatan kesejarahan ini sangat penting dan dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dari situasi yang kongkret dan berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat. Melalui pendekatan social ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan suatu peristiwa. Seseorang yang ingin memahami Al-quran secara benar misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari turunnya Alquran (Yatimin A, 2006:135)

C. Mu’jizat Al-Qur’an
Menurut Quraish Shihab, Kata Mu’jizat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ”kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh akal manusia”. Sedangkan menurut bahasa Arab, mu’jizat berasal dari ’ajaza yang berarti ”melemahkan atau menjadikan tidak mampu”. Mu’jizat di definisikan oleh pakar agama Islam, sebagai peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kebenarannya untuk ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan mereka. (Quraish Shihab, 1997:23)

Jika kita berkata ”Mu’jizat Al-Qur’an” maka ini berarti bahwa mu’jizat yang dimiliki atau yang terdapat didalam Al-Qur’an, bukannya bukti kebenaran yang terdapat diluar Al-Qur’an atau faktor luar (Shihab, 1997:43). Pertama kali Allah menantang untuk membuat semacam ”keseluruhan Al-Qur’an” sebagaimana dipahami dalam surah Ath-Thur: 33-34. namun, para orang yang ragu itu selalu minta keringanan, yang akhirnya Allah berfirman ” Maka jika kamu tidak dapat membuat (semacam Al-Qur’an) dan pasti kamu tidak akan pernah mampu, maka periharalah kamu dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir (QS. Al-Baqarah: 24)

D. Pengkajian Penelitian Ilmiah
Menurut Zaenal Arifin, Pendekatan Ilmiah adalah metode mencari kebenaran atau menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang paling tinggi nilai validitas dan ketepatannya. Metode penelitian secara ilmiah adalah metode gabungan secara integral antara dua logika deduktif dan logika induktif yang kemudian menghasilkan langkah-langkah yang penting sebagai prosedur ilmiah (Zaenal Arifin, 2008:13).

Menurut A. Syalabi, Banyak temuan arkeolog yang memuat catatan-catatan kuno dan bukti-bukti geografis yang mendukung atau sesuai dengan penuturan al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa cerita atau kisah-kisah yang dimuat oleh al-Qur’an adalah benar adanya, karena secara periwayatan Allah sendiri telah menjamin . Catatan tertua yang ditemukan adalah catatan inskripsi atau naskah Ebla yang diperkirakan berumur 2500 tahun SM. Kumpulan naskah ini digali dari sebuah tempat yang bernama Tell Mardikh, sebelah barat Syiria, dan sekarang terdiri dari 15000 potongan lembengan tablet dan fragmen. Lempengan ini bersama temuan-temuah di Timur Dekat, Mesir dan Arabia dapat digunakan sebagai catatan Independen untuk membenarkan dan menguatkan kisah-kisah dalam al-Qur’an. (A. Syalabi, 1983:93)

Melalui Pengkajian ilmiah ini diajarkan untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan peristiwa sejarah yang diterangkan di Al-Qur’an. Kebenaran Al-Qur’an dari segi ilmiahnya telah terbukti kebenarannya, karena telah diuji dengan berbagai pendekatan disiplin ilmu yang berkaitan dengan penelitian.

E. Kebenaran Ilmiah
Hal kebenaran sesungguhnya merupakan tema sentral di dalam disiplin ilmu. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran. Problematik mengenai kebenaran merupakan masalah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam berbagai disiplin ilmu.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta), ditemukan arti kebenaran, yaitu: 1. Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya); 2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya); 3. kejujuran, ketulusan hati; 4. Selalu izin, perkenanan; 5. Jalan kebetulan.

Objek karya tulis ini adalah sebuah pembuktian peristiwa-peristiwa sejarah secara ilmiah. Dengan cara pengujian melalui berbagai pendekatan disiplin ilmu, secara historis, ilmiah, Geologi dan Arkeologi, yang kesemuanya adalah untuk mendukung karya tulis ini agar mendapatkan suatu kebenaran ilmiah.




BAB III
METODE PENULISAN

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa metodologi adalah ilmu pengetahuan tentang pengetahuan atau cara yang dipakai dalam penulisan suatu ilmu, Mulyono Anton M (1990:581). Oleh sebab itu, tanpa metodologi penulis tidak dapat memperoleh data dalam penelitian ini. Secara jelas pada bagian ini penulis uraian beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penulisan yang dilakukan sebagi berikut:

A. Waktu dan Tempat
Penulisan ini dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2010 sampai dengan 06 Mei 2010. sedangkan tempat penganalisaan data penulis dipusatkan dirumah kediaman penulis dan ruang lingkup kampus sebagi sasaran pengamatan dalam penulisan karya tulis ini.

B. Alat dan Instrumen Penulisan
Alat-alat yang penulis gunakan dalam penulisan karya tulis ini hanyalah alat-alat sederhana. Misalnya penulis menggunakan catatan kecil guna mencatat opini serta persepsi mahasiswa mengenai objek penulisan. Sarana komputer juga merupakan salah satu alat penting dalam penulisan ini. Flash disk juga dipergunakan untuk menyimpan data dari sumber berita setelah melakukan rowsing di internet serta penggunaan alat tulis.

C. Materi
Materi yang penulis jabarkan ini memfokuskan tentang feminisme dan kontradiksi islam dalam kajian Al-Qur’an. Dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist, maka penulis mencoba untuk mengkritisasi femeinisme, melacak tafsir feminisme di dunia islam, mengetahui bagaimana Al-Qur’an dan Hadist memposisikan kaum wanita untuk berdampingan dengan kaum laki-laki, seberapa jauh teori feminisme yang bertolak belakang dengan aturan islam, serta perspekif islam terhadap feminisme barat.

D. Metode
Metode penulisan karya tulis ini adalah metode studi kepustakaan dengan mengacu pada hasil penelitian beberapa ahli serta wawancara terhadap nara sumber. Pustaka yang penulis gunakan sebagai data dan bahan penulisan harus berkompeten dengan obyek.

E. Teknik
Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dan analisis data. Untuk membantu pengumpulan data, diperlukan suatu teknik untuk mempermudah dalam pengumpulan data di lapangan. Adapun teknik yang digunakan adalah data kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data penelitian dengan menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan penulisan.

Selain itu, penulis juga menggunakan data dokumen sebagi sumber pengumpulan data yang stabil dan juga akurat sebagi cerminan dari kondisi sebenarnya. Data yang diperoleh dari metode ini dapat dianalisis berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan, setelah data yeng diperoleh terkumpul, maka proses berikutnya adalah analisis data. Data akan di uraikan sedetail mungkin dengan uraikan kualitatif. Analisis data secara kualitatif artinya, dari data yang diperoleh dilakukan pemaparan dan interpretasi secara mendalam. Data yang ada dianalisis secara teliti setiap informasi yang diperoleh selama di lapangan, sehingga nantinya dapat diperoleh kesimpulan yang memadai.



BAB IV
PEMBAHASAAN

A. Pendekatan Historis tentang Pemberitaan Al-Qur’an
Pendekatan sejarah dibutuhkan dalam memahami agama karena agama itu sendiri turun dalam situasi konkrit. Menurut Yatimin, Kuntowijoyo menyimpulkan bahwa pada dasarnya kandungan Al-Qur’an itu berisi konsep-konsep sejarah dan berisi kisah sejarah dan perumpamaan( Qiyash ).
Melalui pendekatan sejarah ini diajarkan untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan peristiwa sejarah yang diterangkan di Alquran. Kebenaran Al-Qur’an dari segi historis telah terbukti melalui penelitian ilmiah,seperti kasus firaun yang tenggelam disungai nil ( QS. Yunus [10]:90 ).

Apabila gejala keagamaan terjadi di masa lampau dan peneliti berminat mengatahuinya, maka dapat dilakukan penelitian Historis, yakni dengan melakukan rekonstruksi fenomena masa lampau baik gejala keagamaan yang terkait dengan masalah politik , sosial, ekonomi, budaya. Untuk merekonstruksinya, peneliti dapat melakukan wawancara mendalam dengan pelaku sejarah dan saksi hidup. Juga dapat melakukan telaah kepustakaan seperti koran, majalah, arsip, dan dokumen-dokumen pribadi.

Dengan adanya pendekatan sejarah yang dilakukan oleh beberapa ahli sejarah, peneliti, maupun arkeolog, akan diketahui kebenaran informasi dari Al-Qur’an. Hal ini sebagai bentuk jawaban dari kritik terhadap kebenaran Al-Qur’an yang di hembuskan oleh Kaum Kafir yang meragukan kebenaran Al-Qur’an. Kaum kafir menyatakan bahwa sebagian besar peristiwa-peristiwa yang ada di Al-Qur’an merupakan dongeng yang dikarang oleh Nabi Muhammad. Padahal Telah nyata bahwa Al-Qur’an Al Karim merupakan sebaik-baik sumber aturan yang ada dimuka bumi ini yang tidak diragukan kebenarannya.

B. Pembuktian Pemberitahuan Peristiwa-Peristiwa Sejarah dalam Al-Qur’an Melalui Pengkajian Imiah.

Para peneliti telah menegaskan, Kata demi kata, segala sesuatu yang diungkapkan oleh Alquran tentang kebenaran informasi yang ada didalamnya sebagi petunjuk umat manusia. Misalnya dalam bidang Astronomi dan Geografi, para Geolog telah menegaskan tentang berbagai tahapan pencipatan bumi dan isinya yang sesuai dengan pemberitahuan Alquran. Demikian pula dalam bidang sejarah yang menjadi pokok bahasan penulis pada karya tulis ini. Peritiwa-peristiwa sejarah dalam Alquran dapat dibuktikan secara ilmiah oleh para Arkeolog dan sejarahwan.

Hal ini menjadi bukti tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Sehingga, tidak diragukan lagi informasi yang bersumber dari Alquran Al-karim. Pembuktian peristiwa sejarah secara ilmiah adalah merupakan mukjizat Alquran, antara lain:
1. Tenggelamnya Fir’aun di Laut Merah
a. Berita tentang Firaun Yang Di Tenggelamkan menurut Alquran

Dalam Al-Qur’an ditemukan sekitar tiga puluh kali Allah SWT menguraikan kisah Musa dan Firaun. Suatu kisah yang tidak dikenal masyarakat ketika itu kecuali melalui perjanjian lama. Tapi suatu hal yang menakjubkan adalah bahwa Nabi Muhammad SAW melalui Al-Qur’an, telah mengungkapkan suatu rincian yang sama sekali tidak diungkapkan oleh satu kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui kecuali yang hidup pada masa itu( abad 12 SM ) atau sekitar 3200 tahun yang lalu.
Beberapa ayat Al-Qur’an yang menerangkan peristiwa tersebut adalah :

(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami Musa dan Firau .membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami Tenggelamkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.( QS Al Anfal 54).
Kemudian dijelaskan pula dalam Al-Qur’an Surat Yunus ( [10]:92 ) :


“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.”
Peradaban Mesir kuno berada dalam waktu yang sama dengan negara kota yang berada di Mesopotamia, dikenal sebagai satu diantara peradaban tertua di dunia. Sistem pengorganisasian dan tatanan sosial negara paling maju dijamannya. Mereka juga telah menemukan tulisan/huruf pada milinium 3SM(Hieroglipt ).Raja Menes dikenal sebagai pharaoh Mesir pertama yang menyatukan seluruh Mesir kuno untuk pertama kalinya dalam sejarah dalam sebuah negara persatuan kurang lebih 3000 SM.

Kenyaaan bahwa istilah "Pharaoh " asal usulnya merujuk pada istana dimana raja Mesir berada, namun pada saat itu menjadi gelar dari raja-raja Mesir. Inilah sebabnya mengapa raja yang memerintah Mesir kuno mulai disebut " Pharaoh".
Namun, masyarakat yang "beradab" ini, pada masa berlakunya "pemerintahan Fir'aun (Pharaoh)" menggunakan system kafir yang disebutkan secara jelas dalam Aal qur'an dalam bahasa yang amat jelas dan lugas. Mereka bersifat congkak, angkuh dengan kebanggaan diri, mengesampingkan dan mengutuk.

Sebagai pemilik, pengatur dan penguasa dari seluruh negara dan wilayah-wilayahnya, maka Pharaoh diterima sebagai pengejawantahan dari dewa yang terbesar dalam kepercayaan Mesir kuno yang Politheistik dan menyimpang. Administrasi dari wilayah Mesir, pembagian mereka, pendapatan mereka, singkatnya, seluruh pertanian, jasa dan produksi dalam batas-batas wilayah negara dikelola dalam kekuasan Pharaoh. Absolutisme dalam masa kepemimpinannya telah melengkapi penguasaannya terhadap negara dengan kekuasaan.

Kata-kata Pharaoh (Fir'aun) disebutkan dalam al Qur'an yang digunakan dalam percakapannya dengan Musa, hal ini membuktikan bahwa mereka percaya atas ketuhanan Pharaoh. Ia mencoba mengancam Musa dengan mengatakan ;
" Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". ( QS Asy-Syu'ara 29). Dan berkata Fir-aun kepada orang-orang di sekelilingnya ;" Hai Pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku". (QS Al Qashas 38).

b. Pembuktian kisah Firaun melalui Penelitian Ilmiah
Menurut Alwi Sihab ( 1997:201) Maespro, Pakar sejarah mesir kuno,menjelaskan dalam bentuk” Petunjuk bagi pengunjung museum mesir” bahwa setelah mempelajari dokumen-dokumen yang ditemukan di Alexandria itu bernama Maneptah (Mernptah?)yang kemudian oleh sejarawan Driaton dan vandel, melalui dokumen-dokumen lain membuktikan penguasa mesir itu memerintah antara 1224 SM hingga 1214 atau 1204.

Tahun 1896 purbakala Loret, menemukan tokoh tersebut dalam bentuk mumi di wadi Al Muluk ( Lembah para Raja ),di daerah Thaba,Luxor,di seberang sungai nil, Mesir. Elliot Smith, membuka pembalut mumi itu dan ternyata badan firaun itu masih berada dalam keadaan utuh.

Gambar disamping adalah jenazah firaun sang pharaoh atau Ramses II yang ditemukan tahun 1896. Jenazah masih utuh dan disimpan di ”gyptian Museum cairo”. Salah satu bukti kebenaran pemberitaan Al-Quran.


Pada Juni 1975, ahli bedah perancis, Maurice Bucaille, mendapatkan izin untuk melakukan peneitian lebih lanjut tentang mumi tersebut dan menemukan bahwa Firaun meninggal di Laut. Ini terbukti dari bekas-bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya,sehingga jasadnya utuh diawetkan oleh garam.Bucaille akhirnya berkesimpulan bahwa Alangkah agungnya contoh-contoh yang diberikan oleh ayat Al-Qur’an tentang tubuh Firaun.Sekali lagi Al-Qur’an menunjukkan mukjizatnya. Penyelidikan dan penemuan modern telah menunjukkan kebenaran Al-Qur’an.

Betapa Al-Qur’an membuktikan keistimewaannya, sesuai informasi surat Yunus yang menyatakan ”Hari ini kami selamatkan badanmu, agar menjadi pelajaran bagi generasi yang datang sesudahmu”. Dan akhirnya baik peradaban mesir yang sangat maju tatanan sosial politik bahkan dengan tentara yang kuat sekalipun tidak bisa menyelamatkan ketika mereka dihancurkan Allah SWT.

2. Kaum Ad’ dan Ubar
a. Kaum AD’ dan Kaum UBAR, "Atlantis di padang pasir" menurut Al-Qur’an
”Adapun kaum 'Ad maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaun Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong(lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal diantara mereka. (QS. Al-Haaqqah: 6-8)

Al-Qur’an bicara tentang kaum Tsamut dan kaum Ad yang kepada mereka diutus nabi Sholeh dan nabi Hud, banyak uraian Al-Qur’an mengenai kaum ini.

Ada yang meragukan informasi Al-Qur’an ini, tetapi sedikit-demi sedikit bukti-bukti kebenarannya terungkap, pertama kali ketika informasi Al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang diterima digabung dengan hasil-hasil penelitian arkeologi. Pada tahap ini yang ditemukan adalah adanya bukti-bukti arkeologi tentang terjadinya gempa dan angin ribut, seperti yang diuraikan Al-Qur’an. Masa itu diperkirakan merupakan masa hidupnya kaum-kaum yang dihancurkan Tuhan. Serta tempat-tempat yang di isyaratkan oleh kitab-kitab suci, seperti lembah Yordania, Pantai Laut Merah, serta Arab Selatan.

b. Penjelasan Al-Qur’an tentang kaum AD dan UBAR berdasarkan penelitian Ilmiah.
Pada 1834 ditemukan didalam tanah yang berlokasi di Hisn Al-Ghurab dekat kota Aden di Yaman, sebuah naskah bertuliskan aksara Arab Lama (Hymarite) yang menunjukkan nabi Hud. Dalam naskah itu antara lain tertulis ”Kami memerintah menggunakan hukum Hud”. Selanjutnya pada 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis pada 1980 ditemukan suatu informasi dari suatu lempeng tentang adanya kota yang disebut ”Shamudu, Ad, dan Iram”. Prof. Pettinanto mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disebut p
ada surat Al-Fajr di atas.

Tahun 1990, Muncul keterangan pers dari beberapa Koran terkemuka di suni yang mengemukakan;"Kota di Arabia Yang banyak diceritakan dalam sejarah Ditemukan", "Kota Legenda di Arab Ditemukan", "Ubar, Atlantis di padang pasir". Apa yang membuat temuan arkeologis ini membangkitkan minat adalah kenyataan bahwa kota ini yang juga disebut dalam Al Qur'an, sejak dahulu hingga saat ini banyak orang yang beranggapan bahwa kaum 'Ad sebagaimana diceritakan dalam Al Qur'an hanyalah sebuah legenda atau lokasi dimana 'Ad berada tidak akan pernah ditemukan, mereka tidak dapat menyembunyikan keheranannya atas penemuan ini.
Bukti arkeologis lain tentang kota Iram adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada tahun 1992.

 kota Iram menurut riwayat-riwayat adalah kota-kota yang dibangun oleh Shaddad bin Ud, sebuah kota yang sangat indah dan ketika itu bernama Ubhud. Namun Tuhan mengubur kota tersebut dengan longsoran padang pasir sehingga sehingga menelan kota tersebut akibat kedurhakaan mereka.
Nicholas menemukan bukti dari seorang penjelajah tentang jalan kuno di Iram (Ubhur). Kemudian atas bantuan 2 orang ahli lainnya, yaitu Juris Zarin dari Universitas Negara Bagian Missouri Barat Daya, dan penjelajah Inggris, Sir Ranulph Fiennes, mereka berusaha mencari kota yang hilang itu bersama-sama ahli hukum George Hedges.

Mereka menggunakan jasa pesawat ulang alik Challenger dengan sistem Satelite Imaging Radar (SIR) untuk mengintip bagian bawah gurun Arabia, yang diduga sebagai tempat tenggelamnya kota yang terkena longsoran tersebut, untuk lebih meyakinkan mereka meminta jasa satelit Perancis yang menggunakan satelit pengindraan optik. Dan mereka menemukan garis putih pucat yang menandai beratus-ratus kilometer rute kafilah yang ditinggalkannya, sebagian dibawah tumpukan pasir yang telah menimbun selama berabad-abad hingga mencapai ketinggian 183 meter.

Clap melanjutkan mempelajari naskah dan peta-peta kuno di perpustakan Huntington di California. Tujuannya adalah untuk menemukan peta dari daeah tesebut. Setelah melalui penelitian singkat, ia menemukan peta tersebut. Apa yng ditemukannya adalah sebuah peta yang digambar oleh Ptolomeus seorag ahli Geografi Yunani Mesir dari tahun 200 M. Dalam peta ini ditunjukan letak dari kota tua yang ditemukan di daeah tersebut dan jalan-jalan yang menuju kota tersebut.
Sementara itu. Ia menerima kabar bahwa gambar-gambar satelit yang diinginkannya telah diambil oleh NASA.

Dalam gambar tersebut, bebeapa jejak kafilah menjadi nampak yang hal tersebut sulit untuk dikenali dengan menggunakan mata telanjang, namun hanya bisa dilihat sebagai satu kesatuan dari luar angkasa. Setelah membandingkan gambar-gambar dari satelit dengan peta tua yang ada ditangannya, akhirnya Clapp mencapai kesimpulan yang ia cari ; jejak-jejak dalam peta tua berhubungan dengan jejak-jejak dalam gambar yag diambil dengan satelit. Tujuan akhir dari jejak-jejak ini adalah tempat peninggalan sejarah yang luas yang ditengarai dahulunya merupakan sebuah kota.

Akhirnya lokasi kota legendaris yang menjadi subyek cerita-cerita lisan suku Badui diketemukan. Tidak berapa lama kemudian penggalian dimulai dan peninggalan dari sebuah kota mulai diangkat dari bawah gurun pasir. Demikianlah kota yang hilang sebagaimana disebutkan sebagai " Atlantis dari padang pasir, Ubar ".


Apakah hal tersebut membuktikan bahwa kota ini sebagai kota kaum 'Ad yang disebutkan dalam Al Qur'an ?. Lokasi koa 'Ad yang ditemukan berdasarkan foto yang diambil dari pesawat ulang alik. Dalam foto terlihat, tanda panah adalah tempat dimana jejak-jejak kafilah bertemu, dan mengarah ke Ubar.
1. Ubar, hanya dapat dilihat dari luar angkasa sebelum dilakukan pengalian.
2. Kota yang berada 12 meter dibawah pasir nampak setelah dilakukan penggalian.

Saat itu juga reruntuhan-reruntuhan mulai dilakukan penggalian, ditengarai bahwa reruntuhan dari kota tersebut berupa pilar-pilar milik kaum 'Ad dan Iram seperti disebutkan dalam Al Qur'an, karena di berbagai susunan yang digali adalah menara yang merujuk/dihubungkan dengan yang ada dalam Al Qur'an. Dr. Zarins seorang anggota tim penelitian yang memimpin penggalian mengatakan bahwa selama menara-menara itu dianggap sebagai unsur yang menunjukkan ke-khas-an kota 'Ubar, dan selama Iram disebutkan mempunyai menara-menara atau tiang-tiang, maka, sejauh ini, itu merupakan bukti terkuat bahwa peningalan sejarah yang mereka gali adalah Iram, kota kaum 'Ad yang disebutkan dalam Al Qur'an:

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain.( QS AL Fajr: 6-8).



Lokasi koa 'Ad yang ditemukan berdasarkan Banyak karya seni dan monumen dari sebuah
peadaban yang tingi yang didirikan di Ubar sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an. Saat ini, hanyalah peningggalan-peninggalan seperti diatas yang tersisa.


foto yang diambil dari pesawat alik.
Dalam foto terlihat, tanda panah adalah
tempat dimana jejak-jejak kafilah bertemu, dan mengarah ke Ubar ulang.


Berdasarkan data ini Nicholas Clapp dan rekan-rekannya meneliti tanah tersebut dan melakukan pencarian pada akhir 1991. pada Februari 1992, mereka menemukan bangunan segi delapan dengan dinding-dinding dan menara-menara yang tinggi, mencapai sekitar sembilan meter. Agaknya itulah sebagian dari apa yang diceritakan oleh Al-Qur’an bahwa ”Penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi” (QS Al-Fajr [89]:7). Demikian sekali lagi Al-Qur’an membuktikan kebenaranNya dan membuktikan pula janjiNya. Maha benar Allah dengan segala firmannya.


3. Ashabul Kahfi
a. Ashabul Kahfi,” Para Penghuni Goa” menurut Al-Qur’an

 



Benarkah informasi atau jawaban Al-Quran bahwa terdapat tujuh orang pemuda bersama seekor anjing yang berlindung dari kekejaman penguasa masanya menuju goa (QS Al Kahfi{18}:22)?.Benarkah mereka tertidur dalam goa selama 300 tahun (QS AL Kahfi {18}:25 )?.
Menurut kepercayaan yang berkembang luas di kalangan pengikut agama Islam dan Kristen, yang dimaksudkan dengan para Penghuni Gua adalah warga negara dari tiran yang kejam dari kekaisaran Romawi bernama Decius.

Dikarenakan menemui penindasan dan tindakan sewenang-wenang, sekelompok orang muda ini memperingatkan kaumnya berkali-kali untuk tidak meninggalkan agama Allah. Ketidakacuhan dari kaumnya terhadap pesan-pesan tersebut dijawab dengan peningkatan penindasan oleh pihak kekaisaran dan mereka diancam untuk dibunuh, hal ini mengakibatkan mereka untuk meninggalkan rumah mereka (berlilndung).

Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Gubernur Romawi Pilinius (69-113 M) yang berada di Barat Laut Anatolia kepada Kaisar Trayanus, ia menghubungkannya dengan "orang-orang Messiah (Kristen) yang dihukum karena mereka menolak untuk menyembah patung dari sang kaisar". Surat ini adalah salah satu dokumen terpenting yang berkaitan dengan penindasan yang menimpa orang-orang Kristen pada masa awalnya.

Berada dalam situasi seperti ini, maka orang-orang muda ini yang diperintahkan untuk tunduk kepada system yang non-agama dan untuk menyembah seorang kaisar sebagai tuhan selain Allah, merekapun tidak menerima hal ini dan mengatakan :

dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalu demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?.(QS Al Kahfi 14-15).

Hampir semua sumber dari agama Kristen menunjukkan Ephesus ( Damaskus) adalah tempat dari Gua dimana orang-orang muda yang beriman ini berlindung. Beberapa peneliti Muslim dan pengamat Al Qur'an setuju dengan pendapat kaum Kristen tentang Ephesus. Beberapa yang lainnya menerangkan dengan terperinci bahwa tempat tersebut bukanlah Ephesus, dan kemudian berusaha untuk membuktikan bahwa kejadian tersebut terjadi di Tarsus. Dalam penelitian ini, kedua alternatif ini akan dibahas. Lagipula, semua peneliti dan pengamat - termasuk kalangan Kristen - mengatkan bahwa kejadian tersebut terjadi pada masa Kekaisaan Romawi Decius ( yang juga disebut dengan Decianus) sekitar 250 M.

Decius bersama dengan Nero dikenal sebagai Kaisar Romawi yang sangatlah sering menyiksa kaum Kristen. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, ia mengesahkan sebuah hukum yang memaksa semua orang yang berada di bawah kekuasaannya untuk melakukan sebuah pengorbanan terhadap dewa-dewa Roawi.

Setiap orang diwajibkan untuk melakukan pengorbanan terhadap dewa-dewa ini dan mereka harus mampu menunjukkan surat sertifikat yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan pengorbanan tersebut yang harus mereka tunjukkan kepada petugas pemerintahan. Bagi mereka yang tidak mematuhinya akan dibunuh. Dalam sumber-sumber Kristen hal ini dikatakan bahwa sebagian besar dari kaum Kristen menolak perilaku musyrik ini dan melarikan diri dari "satu kota ke kota lain" atau bersembunyi di tempat rahasia. Para Penghuni gua kemungkinan besar adalah salah satu kelompok diantara para kaum Kristen awal ini.

Sumber tertua yang berkaitan dengan hal ini adalah dari seorang pendeta Syria bernama James dari Saruc ( lahir 452 M). Ahli sejarah terkemuka Gibbon telah banyak mengutip dari penelitian James dalam bukunya yang berjudul The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemunduran dan runtuhnya Kekaisaan Romawi). Berdasarkan buku ini, Kaisar yang melakukan penyiksaan tujuh pemuda pemeluk agama Kristen dan memamksa mereka untuk bersembunyi di dalam gua adalah kaisar Decius.

Decius berkuasa di Kekaisaan Romawi antara 249-251 M dan masa pemerinahannya dikenal luas terhadap penyiksaan yang dilakukan terhadap para pengikut Nabi Isa (Jesus). Menurut para pengamat Islam, daerah dimana kejadian tersebut terjadi adalah "Aphesus" atau juga "Aphesos". Menurut Gibbon nama dari tempat ini adalah Ephesus. Terletak di pantai Barat Anatolia, kota ini adalah salah satu pelabuhan dan kota terbesar dari kekaisaran Romawi. Saat ini reruntuhan dari kota ini dikenal sebagai "Kota Antik Ephesus".

b. Penelitian Ilmiah Tentang Keberadaan Goa” Al Kahfi” di Al-Qur’an
Tidak mudah membuktikan keberadaan goa yang dimaksud. Dengan memperhatikan daerah dimana Para Penghuni Gua hidup, terdapat beberapa pandangan yang berbeda. Yang paling bisa diterima dengan akal daerah ini adalah Ephesus dan Tarsus.
Bagian dalam dari gua di Ephesus yang dianggap sebagai gua yang ditempati Para Penghuni Gua.


Nama dari kaisar yang memerintah dalam masa ketika para Penghuni Gua dibangunkan dari tidur mereka yang panjang adalah Tezusius menurut para peneliti Muslim, dan menurut Gibon adalah Theodosius II menurut Gibbons. Kekaisaran ini berkuasa antra 408-450 M, setelah kekaisaran Romawi berubah memeluk agama Kristen.

 Disini sekali lagi bertemu informasi sejarahwan dengan informasi Al-Qur’an, yakni bila di atas dikatakan bahwa para pemuda yang berlindung itu menghindar dari ketetapan penguasa yang dikeluarkan pada 112 M itu, dan bahwa mereka terbangun dari tidur pada sekitar tahun 412 M yakni masa pemerintahan penguasa yang membebaskan orang-orang kristen dari penindasan.

Menurut ayat dibawah ini, dalam beberapa komentarnya dikatakan bahwa pintu masuk dari gua mengarah ke Utara sehingga sinar matahar Dari sejarah ini juga terbukti mengapa peristiwa ini tidak disebut dalam perjanjian baru dan perjanjian lama, karena memang terjadinya jauh setelah masa isa a.s Tapi Al-Qur’an jauh sebelumnya sudah menginformasikan secara detail kisah ini.Inilah bukti kebenaran dan kehebatan Al-Qur’an.

Ayat Al Qur'an yang berkaian dengan penggambaran goa :
”Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya” .( QS Al Kahfi: 17)

Saat ini, telah diketahi bahwa diatas reruntuhan tua dan kuburan ini banyak didirikan bangunan religius. Penggalian yang dilakukan oleh Institut Arkrologi Austria di ahun 1926 mengungkapkan bahwa reruntuhan yang ditemukan di lereng Timur dari gunung Pion merupakan sebuah bangunan yang didirikan untuk kepentingan Para Penghuni Gua di pertengahan abad 7 (selama masa kepemimpinan Theodosius II). Inilah Mukjizat Al-Qur’an.
4. Kemenangan Romawi atas Persia


a. Kemenangan Romawi Setelah Kekalahannya Dari Bangsa Persia menurut Al-Qur’an






 
Pada abad kelima dan keenam masehi terdapat dua adikuasa, romawi yang beragama kristen dan persia yang menyembah api. Persaingan antara keduanya guna merebut wilayah dan pengaruh amat keras, bahkan peperangan antara mereka terhindarkan. Sejarahwan menginformasikan bahwa pada 614 M terjadi peperangan antara kedua adikuasa itu yang berakhir dengan kekalahan Romawi. Ketika itu kaum musyrik di makkah mengejek kaum muslim yang cenderung mengharapkan kemenangan Romawi yang beragama samawi itu atas persia yang menyembah api.

Al-Qur’an surah Ar-Rum [30]: 2-4 menyatakan sebagai berikut :
”Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya.”

Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan hanyalah salah satu di antara sekian hikmah yang terkandung dalam Al Qur'an. Ini juga merupakan bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, Yang pengetahuan-Nya tak terbatas.
Kekerasan mereka akibat kekalahan tersebut bertambah dengan ejekan ini. Maka turunlah ayat-ayat diatas pada tahun kekalahan itu, menghibur kaum muslim dengan dua hal.Pertama, Romawi akan menang atas persia pada tenggang waktu yangdiistilahkan dengan beberapa tahun (ayat 4).

Kedua, saat kemenangan itu tiba, kaum muslim akan bergembira, bukan saja dengan kemenangan Romawi, tetapi juga dengan kemenangan yang dianugerahkan Allah ( Kepada mereka ).Benarkah informasi ini ?

b. Pembuktian Informasi dari Al-Qur’an atas kemenangan Romawi

Perlu diingatkan sekali bahwa berita disampaikan pada saat kekalahan sedang menimpa Romawi. Menetapkan angka pasti bagi kemenangan suatu negara saat kekalahannya adalah suatu hal yang tidak mungkin disampaikan kecuali oleh yang Maha Mengetahui.

Tetapi ternyata bahwa pemberitahuan tersebut benar adanya. Karena sejarah menginformasikan bahwa tujuh tahun setelah kekalahan Romawi( Tahun 662 M). Terjadi lagi peperangan antara kedua adikuasa tersebut, dan kali ini pemenangnya adalah Romawi.

Anda boleh bertanya, mengapa Al-Quran tidak menetapkan tahun tertentu, bagi kemenangan itu? Katakanlah mengapa ayat ini tidak menyatakan bahwa kemenangan Romawi akan terjadi tujuh tahun kemudian? Agaknya hal ini disebabkan manusia sering kali berbeda didalam menetapkan tahun kemenangan dan kekalahan.Apakah pada saat tanda-tanda kemenangan atau kekalahan itu tampak ,ataukah pada saat terhentinya peperangan akibat kemenangan satu pihak?

Pada tahun kemenangan itu kaum musa akan bergembira dengan kemenangan yang dianugerahkan Allah. Kemenangan yang dimaksud adalah kemenangan Badr yang terjadi bertepatan dengan kemenangan Romawi itu,Yakni pada tahun kedua hijrah,atau 622 SM
Menurut Syed Mahmudannasir(2005:143), Peperangan diantara bangsa Romawi dan Persia berjalan sangat lama, peperangan itu dimulai pada tahun 602 M ketika Khosru II dari Persia bertolak untuk membalas kematian Maurice, yang dibunuh oleh Phocas. Tentaranya memporak-porandakan Siria dan Asia kecil, dan pada tahun 608 M Ia maju sampai ke Chalcedon. Pada tahun 613 dan tahun 614 M. Damaskus dan Yerusalem direbut oleh Jendra Shahabaraz, dan salib suci dibawanya dengan kemenangan. Segera setelah itu, bahkan Mesir ditundukkan bangsa Romawi, karena hanya mampu memberi sedikit perlawanan, terkoyak-koyak oleh pertikaian di dalam negeri, dan mereka ditindas oleh bangsa Avaria dan bangsa Slavia.

Pada waktu pewahyuannya, ramalan itu menjadi pokok pembicaraan yang hangat di antara umat Islam non-Islam seperti orang-orang Mekkah sehingga Abu Jahal, musuh besar Islam, bertauh tujuh puluh ekor unta dengan Abu Wehl, tentang ramalan itu. Peristiwa-peristiwa yang diramalkan, pada waktu itu merupakan hal yang sama sekali mustahil. Hal itu bukan ramalan politik, sebab mereka menentukan peristiwa-peristiwa yang sangat mustahil itu dengan pasti dan tepat, terutama ketika bangsa Yunani begitu menderita sehingga nampaknya sedikit sekali kemungkinan mereka mapu memperoleh kembali kemujurannya.

Palmeer dengan tepat menyatakan, ketika mengomentarei ayat-ayat ini dalam terjemahan Al-Quran dalam bahasa Inggris: ”Pada tahun berikutnya setelah pewahyuan itu, bangsa Persia berhasil mengepung Constantinopel, yang pada waktu itu memperlihatkan keadaan bangsa Romawi yang tidak memiliki harapan.” Namun, pada tahun 642 M, Heraclius menyerbu Media Utara. Dia menghancurkan kuil api besar Gondzak dan menghancurkan suatu tentara Persia yang besar. Bangsa Romawi kembali dengan kemenangan, meninggalkan bangsa Persia yang benar-benar dikalahkan. Kira-kira pada waktu inilah sejumlah kecil orang-orang Islamm yang teraniaya mengalahkan kesatuan-kesatuan Mekkah yang kuat di Badr. Abu Jahal, yang telah bertauh bahwa ramalan itu tidak akan terrjadi, termasuk orang-orang yang terbunuh di sana.

Mungkin seorang pengkritik yang bodoh akan melukiskan wahyu tentang kekalahan suatu bangsa yang kuat seperti bangsa Persia dan orang-orang Mekkah oleh mereka dari negara yang sudah jatuh (bangsa Romawi dan umat Islam) itu sebagai peristiwa yang kebetulan. Akan tetapi, bagaimana kita dapat menerangkan bertepatannya kedua peristiwa yang memiliki sifat yang sangat berbeda itu, terrutama jika kejadian-kejadian di Baddr merupakan kelanjutan setelah pelarian Nabi dari Mekkah? Tidak seorang pun menduga tentang pelarian Nabi pada saat datangnya ramalan itu. Lalu, apa yang harus dikatakan tentang pelarian yang terjadi pada tahun 623 M, dan orang-orang Mekkah yang setahun setelah itu harus mengejar Nabi yang melarikan diri itu, dan dikalahkan di Badr pada tahun 624 M, tahun yang lama setelah kekalahan bangsa Persia oleh bangsa Romawi?.

Hal itu merupakan peristiwa yang paling menakjubkan di dalam sejarah dunia, terutama ketika kita mendapati bahwa peristiwa di Badr itu terjadi satu tahun setelah pelarian (hijarah) itu, seperti yang diramalkan dalam ”Beban Arab” dalam Perjanjian Lama didalam kitab Isaiyah, yang dengan jelas menyatakan bahwa kekuasaan Kedar-nenek moyang orang-orang Mekkah-akan jatuh hanya 1 tahun setelah pelarian itu, dan demikianlah yang terjadi.
5. Kaum Saba’ dan Banjir Arim
a. Kaum Saba’ dan Banjir Arim menurut Al-Qur’an

Kaum Saba adalah satu diantara empat peradaban besar yang hidup Arabia Selatan. Kaum ini diperkirakan hidup sekitar sekitar 1000-750 SM dan hancur sekitar 550 M setelah melalui penyerangan selama dua abad dari Persia dan Arab. Masa keberadaan dari peradaban Saba menjadi pokok pembiacaran dari banyak diskusi. Kaum Saba mulai mencatat kegiatan pemerintahannya sekitar 600 SM, Inilah sebabnya tidak terdapat catatan tentang mereka sebelum tahun tersebut.
Sumber tertua yang menyebutkan tentang kaum Saba adalah catatan tahunan keajadian perang yang ditinggalkan dari masa raja Asyiria Sargon II (722-705 SM).

Sargon mencatat orang-orang yang membayar pajak kepadanya, ia juga menyebutkan bahwa raja Saba yaitu Yith'i-amara (It'amara). Catatan ini merupakan catatan tertulis tertua yang memberikan informasi tentang peradaban Saba.

Namun belumlah tepat untuk menarik kesimpulan bahwa kebudayaan Saba dirintissekitar 700 SM hanya dengan mendasarkan pada data ini saja, sangatlah mungkin bahwa kaum Saba telah hidup dalam jangka waktu yang sangat panjang sebelum dicatat dalam catatan tertulis. Hal ini berarti bahwa sejarah Saba mungkin lebih tua dari yang disebutkan diatas. Dalam prasasti Arad-Nannar, seorang raja terakhir dari negara Ur, digunakan kata "Sabum" yang diperkirakan berarti " negeri Saba".1 Jika kata ini berarti Saba, maka hal ini menunjukan bahwa sejarah Saba mundur ke belakang pada tahun 2500 SM.


Kaum Saba telah dikenal sebagai orang-orang yang beradab dalam sejarah. Dalam prasasti para penguasa Saba, terdapat kata-kata seperti ; "mengembalikan", "mempersembahkan', dan "membangun"seringkali digunakan. Bendungan Ma'rib yang merupakan salah satu monumen terpenting dari kaum ini, adalah merupakan indikasi penting yang menunjukkan tingkatan teknologi yang telah diraih oleh kaum Saba.

Namun hal ini tidak berarti bahwa angkatan bersenjata Saba adalah lemah. Bala tentara Saba adalah salah satu faktor terpenting yang memberikan sumbangan terhadap kelangsungan dan ketahanan kebudayaan mereka dalam jangka waktu yang lama tanpa keruntuhan.
Kekuatan angkatan bersenjata Saba yang sangat hebat juga disebutkan di dalam Al Qur'an. Sebuah ungkapan dari komandan tentara Saba yang diceritakan dalam Al Qur'an menunjukkan rasa prcaya diri yang sangat besar yang dimiliki oleh tentara Saba. Sang Komandan berkata kepada sang ratu penguasa Saba ; "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuaan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat ( dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa
yang akan kamu perintahkan". ( QS an Naml 33)


b. Penemuan Ilmiah Sebagai Jawaban Kebenaran informasi Al-Qur’an Tentang Kaum Saba

Ketika kita mempelajari Al Qur'an serta membandingkannya dengan catatan sejarah tersebut diatas, maka kita akan melihat kesamaan yang sangat mendasar dalam hal ini. Temuan arkeologis dan juga catatan sejarah membenarkan apa yang dicatat dalam Al Qur'an. Sebagaimana disebutkan alam ayat berikut, kaum ini yang tidak mendengarkan peringatan dari Nabi mereka dan yang menolak atas kepercayaan tersebut, akhirnya mereka dihukum dengan banjir bah yang mengerikan.

 Banjir ini disebutkan dalam Al Qur'an dalam ayat-ayat sebagai berikut:
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir”. ( QS Saba' 15-17).

Sebagaimana ditekankan dalam ayat-ayat diatas, kaum Saba yang hidup di suatu daerah yang ditandai dengan keindahan yang luar biasa, kebun-kebun anggur yang subur. Terletak di jalur perdagangan, negeri Saba memiliki standar kehidupan yang tinggi dan menjadi salah satu kota yang terkenal di masa itu.

Di dalam Al Qur'an, hukuman yang dikirmkan kepada kaum Saba dinamakan "Sail al-Arim" yang berarti "banjir Arim". Ungkapan yang digunakan dalam Al Qur'an juga menceritakan kepada kita bagaimana bencana ini terjadi. Kata "Arim" berarti bendungan atau rintangan. Ungkapan " Sail al-Arim" menggambarkan sebuah banjir yang datang bersamaan dengan runtuhnya bendungan ini. Seorang pengamat Islam telah menetapkan tentang waktu dan tempat kejadian ini dengan petunjuk yang digunakan dalam Al Qur'am tentang banjir Arim.

Mawdudi menulis dalam komentaranya:
Dalam ungkapan sail al-Arim kata "Arim" diturunkan dari kata "airmen" digunakan dalam dialek Arabia selatan yang bearti "bendungan, rintangan" Dalam reruntuhan yang tersingkap dalam penggalian yang dilakukan di Yemen, kata ini tampaknya sering digunakan dalam pengertian ini.
Sebagai contoh dalam prasasti Ebrehe (Abraha) yang dibuat oleh Habesh dari kerajaan Yaman , setelah dilakuakan restorasi terhadap dinding besar Ma'rib ditahun 542 dan 543 M, kata ini digunakan untuk pengertian bendungan waktu dan lagi.

Sehingga ungkapan sail al-Arim berarti " sebuah bencana banjir yang terjadi setelah runtuhnya sebuah bendungan. Setelah runtuhnya dinding bendungan , seluruh negeri digenangi oleh banjir .gunung-gunung dihancurkan dan system pengairanpun hancur berantakan.Sebagi hasilnya, daerah yang semula berupa kebun yang subur berubah menjadi sebuah hutan. Tidak ada lagi buah yang tersisa kecuali buah seperti cheri dari tunggul pepohon kecil.

Bawah (Reruntuhan bendungan Ma'rib yang tampak diatas adalah salah satu karya yang paling penting dari kaum Saba. Bendungan ini runtuh dikarenakan banjir Arim yang disebutkan dalam Al Qur'an dan semua daerah pertaniannya dilanda banjir. Daerah itu dihancurkan dengan runtuhnya bendungan. Negeri Saba kehilangan kekuatan ekonominya dalam waktu yang sangat singkat dan dalam waktu yang tidak lama pula negeri ini dihancukan.

Gambar diatas merupakan Bendungan Ma'rib yang telah mereka bangun dengan teknologi yang sangat maju, maka kaum Saba pun menjadi pemilik sistim pengairan yang luas dan maju. Tanah yang subur dan mereka usahakan dan penguasaan mereka atas jalur perdagangan memberikan mereka gaya hidup yang luar biasa dan yang mewah.

Namun, mereka kemmudian "berpaling" dari Allah yang seharusnya mereka harus bersyukur atas semua kemurahan yang diberikan-Nya, Karenanya bendungan merekapun runtuh dan "banjir Arim" menghancurkan semua hasil pencapaian mereka.
Werner Keller seorang ahli arkeologi Kristen penulis buku " The Holy Book Was Right (Und die Bible Hat Doch Recht) sepakat bahwa banjir Arim terjadi sebagaima disebutkan dalam Al Qur'an dan ia menulis bahwa keberadaan sebuah bendungan dan penghancuran seluruh negeri dikarenakan runtuhnya bendungan membuktikan bahwa contoh yang diberikan dalam Al Qur'an tentang kaum pemilik kebun-kebun tersebut adalah benar-benar adanya.

Setelah bencana banjir Arim, daerah tersebut muali berubah menjadi padang pasir dan kaum Saba kehilangan sumber pendapaan mereka yang paling penting dengan. Kaum Saba mulai meninggalkan rumah-rumah mereka dan berpindah ke Arabia Selatan, Makkah dan Syria.

Al Qur'an menceritakan kepada kita bahwa Ratu Saba dan kaumnya " menyembah matahari selain menyembah Allah' sebelum ia mengikuti Sulaiman. Informasi yang didapat dari prasasti membenarkan kenyataan ini dan menunjukkan bahwa mereka menyembah matahari dan rembulan dalam kuil-kuil mereka, salah satunya tampak seperti gambar diatas. Dalam pilar/tugu nampak prasasti yang ditulis dalam bahas Saba.
.
C. Tantangan Al Qur'an sebagai Jawaban atas mereka yang Meragukan Kebenarannya.
Bagi siapa saja yang masih memiliki keraguan terhadap kebenaran Al Qur’an, maka Allah SWT mengeluarkan tantangan secara bertahap. Pertama, menantang siapa pun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-Quran secara keseluruhan.
Q.S. Ath Thuur ( [52]:34 )

”Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar”.
Karena tidak ada yang mampu, maka Allah SWT merendahkan tantangannya menjadi cukup sepuluh surah semacam Al-Quran. Adapun Al Qur’an berisikan 114 surah.
Q.S. Huud 11:13

”Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".
Itupun ternyata tidak ada yang sanggup. Maka Allah SWT merendahkan lagi tantangan-Nya menjadi hanya satu surah saja semacam Al-Quran. Dan ternyata tantangan hanya satu surah saja inipun juga tidak ada yang sanggup.
Q.S. Yunus 10:38

”Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar."

C. Manfaat Alquran berdasarkan temuan arkeologis

Ada beberapa nilai pendidikan yang dapat di ambil dari beragam kisah yang terdapat dalam al-Qur’an. Para ulama’ besar sepeerti Sayyid Qutub dan yang lain telah banyak menyusun kisah-kisah tersbeut dan berhasil membekali kita dengan beragam manfaat sebagai i’tibar. Demikian juga Al-Jarim yang telah menyajikan kisah-kisah Qur’ani dengan gaya sastra yang indah dan tinggi. Hasbi Ash Shiddieqy dalam buku Ilmu-ilmu al-Qur’an; Media Pokok Dalam Penafsiran al-Qur’an menyebutkan, beberapa nilai pendidikan yang terdapat dalam kisah-kisah Qur’an.

Dari berbagai pemaparan yang telah disebutkan, kita selayaknya dapat mengambil beberapa manfaat dari Qashashul Qur’an. Kita wajib percaya bahwasanya kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan bagian sejarah umat manusia yang diungkapkan oleh Allah berupa kisah- kisah dan cerita-cerita gaib yang mengisahkan para Nabi dan Rosul Allah, peristiwa para umat terdahulu baik individu maupun golongan dan kehidupan Muhammad SAW serta kehidupan yang semasa dengan beliau.

Kita juga harus percaya bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an itu dikemukakan bukan sekedar untuk menambah pengetahuan yang dapat dibuktikan dengan berbagai temun ilmiah yang ada, karena jauh dari semuanya maksud dari cerita-cerita dalam al-Qur’an adalah menuntun manusia agar mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut.
Selain hal yang tersebut diatas, kita dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, petunjuk serta kiblat untuk meneliti lagi


 KESIMPULAN

Tujuan dari peringatan-peringatan yang terdapat dalam Al Qur'an tentu saja tidaklah hanya untuk memberikan berbagai pelajaran sejarah. Al Qur'an menyatakan bahwa cerita-cerita tentang para nabi diceritakan hanya untuk memberikan sebuah "permisalan". Para Nabi yang telah terlebih dahulu meninggal haruslah membawa mereka yang datang setelah mereka ke jalan yang benar :

”Maka tidaklah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu?. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”.(QS. Thaha 128).

Meskipun ribuan tahun telah berlalu, dan terjadi berbagai perubahan dalam tempat, perilaku, teknologi dan peradaban, namun belum banyak yang telah berubah dalam struktur sosial karena pola manusia selalu sama dan berulang. Semuanya sudah jelas di Al Qur'an.

SARAN
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Disarankan melakukan penelitian lain tentang pembuktian peristiwa sejarah melalui kajian ilmiah
2. Untuk mendukung hasil penelitian sebaiknya dilakukan penelitian tentang pembuktian kisah-kisah Alquran, namun tidak hanya ditinjau dengan pendekatan Historis




Daftar Pustaka

Abdullah,Yatimin M. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: AMZAH
Ahnan Asy, Maftuh. 2003. Kumpulan Hadist Terpilih Shohih Bukhori. Surabaya :Terbit Terang
Al-Qardhawy, Yusuf. 1999.As-Sunnah sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban. Jakarta: Pustaka Al-kautsar
Arifin, Zaenal.2008.Metodologi Penelitian. Surabaya: Lentera Cendekia
Aziz Siregar, Mahmud.1999. Islam untuk Berbegai Aspek Kehidupan.Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya
Departemen Agama RI. Islam untuk Disiplin Ilmu Sejarah.Jakarta:CV. Wirabuana
Departemen Agama RI. 1993. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Surya Cipta Aksara
Farndon, John.2009. Sejarah Dunia untuk Anak Pintar. Jogjakarta: Platinum
Hanafi, Ahmad, MA.1989. Pengantar dan sejarah Hukum Islam. Jogjakarta: Bulan Bintang
Kasdi, Aminuddin.2008, Memahami Sejarah.Surabaya: Unesa University Press
Mahmudannasir, Syed.2005. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Ridwan, Deden. 2001. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam. Bandung: Nuansa
Shihab, Quraish M.1997. Mukjizat Al-Qur’an.Bandung : Mizan
Smith, Huston. 1985. Agama-agama Manusia. Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo
Sundoro, Mohammad Hadi. 2006. Sejarah Peradaban Barat Klasik. Jember: UPT Universitas Negeri Jember.
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: Pustaka Alhusna
Yusuf Musa, Muhammad. 1988. Islam suatu Kajian Komprehensif. Jakarta: CV. Rajawali

Comments

  1. Benar adanya Al-Quran al-karim memberikan informasi dari penciptaan alam dunia perjalanan hidup manusia dan pada akhirnya menemui ajal. Yang kisahnuya benar adanya. Wallahu allam bissawwab. Isi dari penelitian diatas sangat baik mengupas informasi, membantu masyarakat menemukan data dan mudah diakses. Semoga kedepannya dapat menghasilkan karangan karya yang bagus2 😊

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

GEGER TENGGER : PERUBAHAN SOSIAL DAN PERKELAHIAN POLITIK

Highlight "The Textuality of Archive" by Andrew Prescott