AKSI TRITURA 1966 PART 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejarah
Republik Indonesia mencatat sepuluh kali pemberontakan fisik sejak
diplokamirknnya Negara Republik Indonesia hingga saat ini. Sejarah itu juga
mencatat momen-momen dimana terjadi koreksi-koreksi, pengembalian cara hidup
dan cara berorganisasi sebaga bangsa dan negara. Momen koreksi itu antara lain
ialah proses penyatuan kembali Republik Indonesia dari bentuk R.I.S menjadi
Negara Kesatuan dengan UUD sementara 1950 sebagai sumber hukum.
Setelah itu Indonesia mengalami pahit getirnya
demokrasi parlementer seperti yang
dirasakan pada zaman DPR sementara. Lalu”Bootle neck” komunikasi politik akibat
dominasi empat besar partai terpilih yang masing-masing partai memaksakan suatu
tawar menawar politik. Maka sukarno melakukan koreksi dengan Dekrit 5 juli
kembali ke UUD 1945. Koreksi besar kehidupan Republik Indonesia yang dilakukan
oleh presiden pertama itu ternyata
mengalami suatu proses deviasi ( penyimpangan) yang semakin lama semakin
menyeleweng dari hakekat tujuan proklamasi dan Dasar-dasar Negara Indonesia.
Deviasi atau penyimpangan dari hakekat ekstensi Negara Indonesia yang memuncak
dengan petualangan PKI dan dampaknya terhadap kelangsungan kehidupan Negara
Indonesia.
Rentang
tahun 1965-1966 merupakan masa pergolakan yang hebat di Indonesia, dimana
kekuatan pemerintahan didominasi oleh dua buah kekuatan besar, yakni PKI dan
AD. Dua buah kekuatan besar tersebut memegang kendali yang besar terhadap alur
politik Indonesia. Soekarno dan PKI dengan dukungan AU [1]
terus mengambil suatu kebijakan yang menghancurkan dominasi AD, yang setelah
krisis tahun 1956-1957 yang paling besar pengaruhnya di Indonesia, karena
Angkatan Darat memanfaatkan sistem yang kacau balau untuk kepentingannya
sendiri. Pada kondisi demikian memiliki imbas yang besar yang mencederai citra
soekarno untuk masa-masa selanjutnya terpusatnya kekuatan politik terhadap PKI
dan AD itu sendiri mengakibatkan kekacauan politik dimasa kepemimpinan
soekarno.
Peristiwa
yang terjadi sekitar tahun 1965-1966, merupakan tragedi terbesar dan dahsyat
yang pernah dialami bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya. Sebab peristiwa
tersebut mengandung berbagai unsur mendasar yang berkaitan dengan kelangsungan
hidup bernegara. Unsur-unsur mendasar yang berkaitan dengan kelangsungan hidup
negara, yakni percobaan kudeta. Munculnya kejadian tersebut menunjukkan adanya
kelemahan dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Kedua,
terjadinya pembunuhan terhadap para jenderal. Kenyataan ini merupakan tamparan
bagi integritas negara ABRI. Ketiga, tumbangnya seorang pejuang besar yang
sejak muda memperjuangkan negeri ini hingga mencapai kemerdekaannya.
"Karena Bung
Karno sudah tidak bisa lagi banyak berkomunikasi dengan rakyat yang dia perjuangkan. Dengan demikian, peristiwa ini bukan perkara yang mudah. Keempat, akibat dari peristiwa itu, puluhan ribu orang meninggal dunia akibat saling membunuh. Kemudian dilanjutkanratusan ribu orang disingkirkan. Sehingga tanpa ditulis pun, bangsa Indonesia akan merasakan dampaknya.
Karno sudah tidak bisa lagi banyak berkomunikasi dengan rakyat yang dia perjuangkan. Dengan demikian, peristiwa ini bukan perkara yang mudah. Keempat, akibat dari peristiwa itu, puluhan ribu orang meninggal dunia akibat saling membunuh. Kemudian dilanjutkanratusan ribu orang disingkirkan. Sehingga tanpa ditulis pun, bangsa Indonesia akan merasakan dampaknya.
Disisi
lain, Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok
mahasiswa, diantaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI),
yang dibentuk melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.[2]
Dalam masa demokrasi liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem
kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan
merupakan organisasi dibawah partai-partai politik. Kondisi ini semakin
memberikan eksistensi Mahasiswa untuk aktif berorganisasi.
Krisis
multidimensi yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan krisis ekonomi dan
inflansi hebat membuat rakyat semakin tidak mempercayai pemerintah. Keadaan ini
diperparah dengan munculnya “Gerakan September Tiga Puluh” atau G30 S yang
diduga didalangi PKI[3],
salah satu partai komunis yang berpengaruh besar pada masa itu. Peristiwa ini
mengakibatkan kekacauan kondisi dilingkungan masyarakat yang mulai jenuh dan
berbalik anti terhadap kepemimpinan soekarno. Soekarno yang diharapkan dapat
memberikan jawaban atas peristiwa Gestok malah hanya memberikan jawaban yang
ambigu dan tidak tegas melalui pidato nawaksara.[4]
Jawaban ini tidak memberikan arah kebijakan yang jelas untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Puncaknya, kemarahan masyarakat tersulut dengan diwakilkan
oleh organisasi gerakan Mahasiswa. Babakan baru ini telah melahirkan satu
angkatan baru, angkatan korektor. Angkatan korektor ini kembali melakukan
koreksi , bahkan revisi besar dalam kehidupan bernegara. Angkatan korektor ini
adalah generasi muda yang turun ke jalan raya pada tahun 1966.
Angkatan
ini melahirkan pemuda-pemuda yang kritis terhadap carut marutnya keadaan
pemerintahan. Organisasi Pemuda dan Mahasiswa ikut masuk kedalam pergulatan
kancah politik dan pada puncaknya melahirkan “TRITURA” [5]yang
merupakan refleksi penderitaan rakyat. Berbagai protes Aksi massa dan
demonstrasi menggelora diseluruh di seluruh kota-kota di Indonesia, khususnya
Jakarta, menuntut agar TRITURA segera dilaksanakan. Pemerintah sendiri tidak
dapat mengendalikan aksi Mahsiswa yang dimulai tanggal 10 januari 1966 dan
diakhiri dengan kemenangan dipihak Mahasiswa yang tuntutan mereka terkabul
dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966.
Hingga pada tahapan paling menentukan, akhirnya
Soekarno sebagai pemimpin negara tidak kuasa mempertahankan kekuasaannya dan
mengembalikan kekuasaan kepada Pengemban S.P 11 Maret,[6]
Soeharto, serta menandai berakhirnya Rezim Orde lama dan digantikan oleh Rezim
Orde Baru. Sebuah babakan baru sejarah panjang bangsa pun akhirnya dimulai,
semua merupakan hasil perjuangan dari Mahasiswa dan Pemuda yang dengan gigih
berdemo selama 60 hari dengan membawa amanah penderitaan Rakyat.
Berbagai
kesimpangsiuran mengenai hari-hari tergelap jatuhnya seorang penguasa hebat
dari sebuah peristiwa besar hingga berhasil menghentikan langkah Presiden
Soekarno untuk mempertahankan Rezim Orde Lama dengan Revolusi yang tak
berkesudahan inilah yang begitu menarik minat penulis dalam mengkaji lebih jauh
serta melatarbelakangi penulis untuk mengangkat judul “ Aksi Tritura Mahasiswa 1966 : 60 Hari Kronologi Menuju Kejatuhan
Rezim Soekarno ” agar dapat menyingkap fakta-fakta peristiwa besar yang
menyelimuti periode tersebut. Peristiwa tersebut dapat digunakan sebagai
pembelajaran oleh generasi selanjutnya, bahwa mahasiswa sebagai kaum
intelektual masih memiliki eksistensi serta merupakan salah satu kekuatan agen
of change dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.2 Tujuan
1. Tujuan
Umum
Penulisan
“
Aksi Tritura 1966 : 60 Hari Kronologi Menuju Kejatuhan Rezim Soekarno ”
dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Praktek Kerja Lapangan ( PKL)
2011 Jurusan Pendidikan Sejarah Angkatan 2008.
2. Tujuan
Khusus
1. Untuk
mengetahui kondisi politik Indonesia pada masa pergerakan Mahasiswa 1966
2. Untuk
mengetahui peristiwa Gerakan September 30/ G30 S yang menjadi klimaks
ketidakstabilan kondisi Pemerintahan Soekarno serta puncak kemarahan rakyat.
3. Untuk
mengetahui latar belakang terjadinya aksi demonstrasi tahun 1966
4. Untuk
Mengetahui bagaimana peranan Pemuda dan Mahasiswa dalam menggelorakan tuntutan
rakyat 1966
5. Untuk
mengetahui dampak aksi Tritura 1966 terhadap kelangsungan rezim Soekarno
6. Untuk
mengetahui kronologi kejatuhan Rezim Soekarno
3
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
kondisi politik Indonesia sebelum
meletusnya gerakan Gerakan September 30
2. Bagaimanakah
latar belakang lahirnya Pergerakan Mahasiswa 1966
3. Bagaimanakah
peranan Mahasiswa dalam aksi TRITURA 1966
4. Bagaimanakah
dampak gerakan Mahasiswa 1966 terhadap kelangsungan
Rezim Soekarno
1.3 Manfaat
1. Untuk
memberikan informasi mengenai peristiwa TRITURA Mahasiswa Angkatan 1966.
2. Memberikan
deskripsi kronologi kejatuhan Rezim Soekarno
3. Memberi
informasi mengenai dampak peristiwa demonstrasi Mahasiswa 1966 terhadap
kelangsungan pemerintahan Rezim Soekarno.
[1] AU cenderung memihak PKI dan Soekarno, terbukti kepala komando
gabungan AU Marsekal Oemar Dhani diam-diam diutus soekarno pergi ke negeri
komunis, China, untuk membicarakan pemberian senjata oleh menteri Zou Enlai tanpa
sepengetahuan AD.
[2] PPMI merupakan perwakilan organisasi mahasiswa se-Indonesia, hingga
tahun 1947-1960, organisasi yang tergabung dalam PMII yang menonjol antara lain
HMI,PMKRI,GMKI,GMD,GMNI,IMM,CGMI,Mapancas,PMII
[3] Gerakan 30 september merupakan peristiwa penculikan 7 jendral AD yang
dilakukan oleh resimen kawal kehormatan Cakrabirawa pimpinan Letnan Kolonel
Oentoeng, belakangan diduga didalangi PKI
[4] Pidato pertanggungjawaban presiden berupa jawaban atas sikap beliau
berkaitan dengan peristiwa Gerakan 30 September,
[5] Tiga tuntutan rakyat yang digelorakan oleh angkatan66 berisi ;
turunkan harga, bubarkan PKI, dan Ritul kabinet dwikora
[6] Surat Perintah sebelas maret, disingkat supersemar yang meminjam
istilah dewa sakti pewayangan jawa bernama semar, dokumen supersemar sendiri
telah hilang dan tidak diketahui keberadaanya, inilah yang menjadi perdebatan
hingga kini apakah supersemar itu benar keberadaannya.
Comments
Post a Comment